Berdasarkan pengakuan Direktur Tata Negara KemenkumHAM Asyari Syihabuddin salah satu partai yang sudah mendaftar adalah Partai Nasional Demokrat (Nasdem),walau dibantah oleh sekjen Ormas Nasdem Syamsul Muarif dan Sultan Hamenkubowono X pada awal ramai pemberitaan bermetamorposisnya Nasdem menjadi Parpol pada akhir bulan april .
Partai Nasdem walau selalu dibantah oleh pengurus partai dan ormas Nasdem tidak ada keterkaitan, tetapi sangat sulit dipisahkan, dari orang-orangnya, visinya bahkan logonya yang tidak ada bedanya kecuali tata letaknya yang terbalik.
Ormas Nasdem dan Partai Nasdem ibarat pinang dibelah dua, satu irisan , satu tujuan, dengan memanpaatkan para tokoh nasional yang bergabung.
Rencana launching Partai Nasdem pada bulan Juli 2011 dan “dijualnya” tokoh-tokoh popular yang tergabung dalam ormas untuk mengenalkan Partai ini membuat sebagian tokoh partai yang tergabung merasa gerah dan mengambil sikap, terus menjadi bagian dari keluarga besar Nasdem atau keluar.
Tidak heran Sulan Hamengkubuwono X langsung mengambil sikap tegas mengundurkan diri dari Nasdem dengan alasan ada kesamaan logo dan pengurus partai antara Ormas dan partai Nasdem.
Ketegasan sultan ini juga tidak lepas dari kelangsungan kraton Jogjakarta yang sedang berjuang mempertahankan Jogjakarta sebagai daerah Istemewa dengan segala atributnya, terutama status sultan tetap sebagai kepala pemerintahan.
Dukungan politik sangat dibutuhkan terutama dari Golkar karena Sultan adaelah kadernya, apalagi partai Demokrat berada pada posisi berseberangan dengan kehendak rakyat Jogjakarta.
Keluarnya Sultan dari Nasdem menjadi berita besar, tidak heran beberapa pendirinya ikut mundur dari Samuel Nitisaputra (wakil sekjen Nasdem), Rustiningsih ketua Ormas Nasdem Jateng Rustiningsih yang saat ini wakil Gubernur Jateng sekaligus kader PDIP, akbar Faizal deklarator Ormas Nasdem yang saat ini menjadi anggota DPR dan kader Partai Hanura.
Dalam tempo yang tidak terlalu lama, sudah dipastikan akan banyak kader Ormas Nasdem Mundur terutama anggota DPR yang akan lebih memilih parpolnya dibanding Partai Nasdem yang prospeknya belum jelas.
Sebuah pertanyaan besar bagi kita, benarkah para tokoh nasional yang tergabung dalam ormas demokrat tidak tahu bahwa Nasdem akan menjadi partai nasdem?.
Secara pribadi saya tidak percaya, apalagi bila melihat karakter ambisius Surya paloh yang gagal dalam “pertandingan” dengan Ical pada saat perebutan dengan ketum Golkar.
Saya kira keluarnya para pendiri dan pengurus ormas Nasdem tidak semata karena Nasdem berubah menjadi partai, tapi lebih kepada pilihan taktis politis dan kepentingan masing-masing kedepan.
Inilah dinamika politik, ada saatnya kepentingan pribadi dan kelompok yang dibungkus dengan kebersamaan restorasi nasional yang gaungnya indah walau belum banyak berbuat, harus kembali bubar karena ternyata cita-cita yang indah itu menjadi berantakan ketika kepentingan pribadi dan kelompok tertentu untuk berkuasa diwujudkan dalam partai dan merubah wajah ormas yang tadinya pelangi.
Hem, dasar politisi selalu banyak akalnya.
Sobran
Sumber: www.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar