Rumah Panggung Kejang Lako merupakan tempat tinggal masyarakat Marga Bathin, sebuah suku yang berasal dari sebelah barat pegunungan Bukit Barisan (Sumatra Barat). Masyarakat suku ini teguh memegang nilai-nilai luhur kebudayaannya. Keteguhan dalam memegang nilai-nilai budaya tercermin dari kesetiaan mereka memelihara tradisi yang diwariskan oleh pendahulu mereka secara turun-temurun, seperti melestarikan rumah panggung Kejang Lako yang menjadi ciri khas masyarakat Marga Bathin.
Banyak rumah-rumah tradisional yang diwariskan oleh pendahulu Marga Bathin yang sampai sekarang masih berdiri kokoh, walaupun bangunan tersebut telah berumur ratusan tahun. Salah satunya adalah bangunan Rumah Panggung Kejang Lako yang terdapat di Rantau Panjang dan Kampung Baruh, yang sampai sekarang telah berusia 300 tahun lebih.
Untuk melestarikan keberadaan Rumah Panggung Kejang Lako, Pemerintah Daerah Provinsi Jambi mengukuhkan bangunan ini sebagai rumah adat khas masyarakat Jambi. Untuk mendukung upaya tersebut, maka corak arsitektur bangunan kantor-kantor pemerintahan yang ada di Provinsi Jambi mengadopsi konstruksi bangunan Kejang Lako, seperti yang terdapat pada kantor gubernur, kantor-kantor dinas, kantor-kantor bupati, dan museum.
Rumah Kejang Lako oleh masyarakat Marga Bathin dibangun dengan tipologi bangunan rumah panggung yang berbentuk empat persegi panjang. Rata-rata bangunan dibuat dalam ukuran 9 m x 12 m dengan menggunakan kayu ulim yang banyak tumbuh di daerah Jambi. Untuk merangkai kayu-kayu pada bagian rumah, masyarakat Marga Bathin mengandalkan teknik tradisional, seperti teknik tumpuan, sambung kait, dan pengait menggunakan pasak.
Keunikan bangunan rumah panggung Kejang Lako terletak pada struktur konstruksi dan ukiran yang menghiasi bangunan. Konstruksi bangunan terdiri dari beberapa bagian, seperti:
* Bubunganatap dibuat seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas yang sering disebut lipat kejang, atau potong jerambah.
* Kasau Bentuk adalah atap bagian atas yang berfungsi untuk mencegah air hujan tidak masuk ke dalam rumah.
* Penteh, bagian ini berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda yang jarang dipergunakan.
* Tebar layar, bagian ini berfungsi sebagai dinding penutup ruang atas yang menahan rembesan tempias air hujan.
* Pelamban merupakan bangunan tambahan yang dipergunakan untuk ruang tunggu bagi tamu yang baru datang sebelum diizinkan masuk oleh tuan rumah.
* Masinding dinding, terbuat dari papan yang diukir.
Pintu pada rumah panggung Kejang Lako terdiri dari 3 pintu, yaitu: pintu tegak, pintu masinding, dan pintu balik melintang. Rumah ini juga memiliki dua tangga, yaitu: tangga utama yang terdapat di sebelah kanan pelamban dan tangga penteh yang dipakai untuk naik ke penteh.
Tiang rumah panggung Kejang Lako berjumlah 30 yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang pelamban. Tiang utama panjangnya 4,25 m yang berfungsi sebagai tonggak untuk menopang kerangka bangunan. Di samping sebagai penopang, tiang tersebut juga berfungsi sebagai pemisah antara satu ruang dengan ruangan yang lain menjadi 8 bagian. Adapun nama-nama ruang tersebut adalah pelamban, ruang gaho, ruang masinding, ruang tengah, ruang balik melintang, ruang balik menalam, ruang atas penteh, dan ruang bawah bauman.
Bangunan rumah panggung Kejang Lako menjadi lebih indah dengan hiasan beraneka ragam motif ukiran khas masyarakat Jambi. Motif ukiran pada rumah panggung tersebut diinspirasi dari aneka ragam flora dan fauna. Untuk motif flora antara lain motif /bungo tanjung (bunga tanjung), tampuk manggis, dan bungo jeruk (bunga jeruk). Motif bungo tanjung biasanya diukir pada masinding dinding bagian depan, sementara motif tampuk manggis biasanya diukir pada bagian atas pintu masuk. Untuk motif ukiran bungo jeruk, diukir pada bagian luar rasuk (belandar) rumah. Sementara itu, motif ukiran fauna hanya menggunakan satu motif ukiran saja, yaitu motif ikan. Motif ikan diukir pada bagian bendul (jendela) gaho dan pada pintu balik melintang.
Rumah Panggung Kejang Lako Marga Bathin terdapat di Rantau Panjang dan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, Indonesia.
Sumber: mamas86.info.com
Banyak rumah-rumah tradisional yang diwariskan oleh pendahulu Marga Bathin yang sampai sekarang masih berdiri kokoh, walaupun bangunan tersebut telah berumur ratusan tahun. Salah satunya adalah bangunan Rumah Panggung Kejang Lako yang terdapat di Rantau Panjang dan Kampung Baruh, yang sampai sekarang telah berusia 300 tahun lebih.
Untuk melestarikan keberadaan Rumah Panggung Kejang Lako, Pemerintah Daerah Provinsi Jambi mengukuhkan bangunan ini sebagai rumah adat khas masyarakat Jambi. Untuk mendukung upaya tersebut, maka corak arsitektur bangunan kantor-kantor pemerintahan yang ada di Provinsi Jambi mengadopsi konstruksi bangunan Kejang Lako, seperti yang terdapat pada kantor gubernur, kantor-kantor dinas, kantor-kantor bupati, dan museum.
Rumah Kejang Lako oleh masyarakat Marga Bathin dibangun dengan tipologi bangunan rumah panggung yang berbentuk empat persegi panjang. Rata-rata bangunan dibuat dalam ukuran 9 m x 12 m dengan menggunakan kayu ulim yang banyak tumbuh di daerah Jambi. Untuk merangkai kayu-kayu pada bagian rumah, masyarakat Marga Bathin mengandalkan teknik tradisional, seperti teknik tumpuan, sambung kait, dan pengait menggunakan pasak.
Keunikan bangunan rumah panggung Kejang Lako terletak pada struktur konstruksi dan ukiran yang menghiasi bangunan. Konstruksi bangunan terdiri dari beberapa bagian, seperti:
* Bubunganatap dibuat seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas yang sering disebut lipat kejang, atau potong jerambah.
* Kasau Bentuk adalah atap bagian atas yang berfungsi untuk mencegah air hujan tidak masuk ke dalam rumah.
* Penteh, bagian ini berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda yang jarang dipergunakan.
* Tebar layar, bagian ini berfungsi sebagai dinding penutup ruang atas yang menahan rembesan tempias air hujan.
* Pelamban merupakan bangunan tambahan yang dipergunakan untuk ruang tunggu bagi tamu yang baru datang sebelum diizinkan masuk oleh tuan rumah.
* Masinding dinding, terbuat dari papan yang diukir.
Pintu pada rumah panggung Kejang Lako terdiri dari 3 pintu, yaitu: pintu tegak, pintu masinding, dan pintu balik melintang. Rumah ini juga memiliki dua tangga, yaitu: tangga utama yang terdapat di sebelah kanan pelamban dan tangga penteh yang dipakai untuk naik ke penteh.
Tiang rumah panggung Kejang Lako berjumlah 30 yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang pelamban. Tiang utama panjangnya 4,25 m yang berfungsi sebagai tonggak untuk menopang kerangka bangunan. Di samping sebagai penopang, tiang tersebut juga berfungsi sebagai pemisah antara satu ruang dengan ruangan yang lain menjadi 8 bagian. Adapun nama-nama ruang tersebut adalah pelamban, ruang gaho, ruang masinding, ruang tengah, ruang balik melintang, ruang balik menalam, ruang atas penteh, dan ruang bawah bauman.
Bangunan rumah panggung Kejang Lako menjadi lebih indah dengan hiasan beraneka ragam motif ukiran khas masyarakat Jambi. Motif ukiran pada rumah panggung tersebut diinspirasi dari aneka ragam flora dan fauna. Untuk motif flora antara lain motif /bungo tanjung (bunga tanjung), tampuk manggis, dan bungo jeruk (bunga jeruk). Motif bungo tanjung biasanya diukir pada masinding dinding bagian depan, sementara motif tampuk manggis biasanya diukir pada bagian atas pintu masuk. Untuk motif ukiran bungo jeruk, diukir pada bagian luar rasuk (belandar) rumah. Sementara itu, motif ukiran fauna hanya menggunakan satu motif ukiran saja, yaitu motif ikan. Motif ikan diukir pada bagian bendul (jendela) gaho dan pada pintu balik melintang.
Rumah Panggung Kejang Lako Marga Bathin terdapat di Rantau Panjang dan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, Indonesia.
Sumber: mamas86.info.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar