KEPANIKAN melanda para pemuka masyarakat Kristen Jerman karena Islam berkembang pesat di sana. Kepanikan itu antara lain tercermin dari ucapan Kardinal Jerman, Karl Lehman, yang melontarkan pernyataan provokatif soal toleransi beragama di negaranya. Ketua konferensi keuskupan Jerman ini menyatakan sangat khawatir melihat kebebasan beragama di negaranya yang ternyata membuka peluang bagi pesatnya perkembangan Islam.
“Toleransi tanpa disertai sikap kritis akan membuat warga Muslim menikmati perlakukan yang sama dengan umat Kristen,” katanya. Padahal, warga Muslim adalah warga minoritas. Menurut Lehman, umat Kristiani lebih berperan besar dalam pembentukan sejarah Eropa dan budayanya.
Pernyataan Lehman itu didukung oleh Sekretaris Jenderal Penasehat Partai konservatif Persatuan Demokratik Kristen, Ronald Pofalla. Ia menyatakan, Lehman berhak mengatakan bahwa Islam tidak boleh mendapat perlakuan sama dengan penganut Kristen. ” Islam tidak ada dalam akar budaya Eropa dan tidak merefleksikan pola hidup sehari-hari yang sama, ” kata Pofalla.
Lehman mengeluarkan pernyataan itu di tengah perdebatan tentang rencana pembangunan masjid raya di kota Cologne. Kardinal Joachim Meisner dari Cologne juga menyiratkan ketidaksenangannya atas rencana tersebut. “Saya tidak ingin mengatakan khawatir, tapi saya merasa tidak nyaman dengan hal ini,” kata Meisner yang tahun lalu melarang anak-anak Katolik berdoa bersama teman-teman sekelasnya yang Muslim.
Kegelisahan para kardinal itu cukup beralasan, apalagi diprediksi tahun 2046 warga Muslim akan menjadi mayoritas di negeri Hitler ini. Menurut hasil studi Islam-Archive Central Institute, Soest, Jerman yang dirilis pertengahan Januari lalu, kemungkinan itu bisa terjadi karena arus imigran Muslim ke Jerman dan jumlah warga Jerman yang masuk Islam terus meningkat tajam. Data situs bbc.co.uk tahun 2005 menunjukkan, di Jerman terdapat sekitar 3 juta umat Islam atau 3.6% dari total populasi 84 juta jiwa.
SECARA keseluruhan, diperkirakan saat ini jumlah umat Islam di Eropa mencapai angka 53 juta jiwa. Menurut hasil riset Islam-Archive Central Institute, jumlah mereka mencapai 53.713.953. Sebanyak 15.890.428 jiwa tersebar di negara-negara Uni Eropa.
Islam merupakan agama kedua terbesar di Jerman setelah Kristen. Besarnya jumlah muslim di Jerman berakar sejak masa pemerintahan Khilafah Islam Turki Utsmani. Saat itu, banyak umat Islam yang bermigrasi ke Jerman. Namun, peningkatan pesat jumlah muslim di Jerman terjadi pasca Perang Dunia Kedua. Rekonstruksi Jerman selepas perang membutuhkan banyak tenaga kerja murah. Suplai tenaga kerja pada masa tersebut sebagian datang dari Turki.
Umat Islam di Jerman merupakan kelompok populasi yang paling banyak meningkat sehingga 40 persen dari mereka berusia di bawah 18 tahun. Selain itu, warga Jerman asli yang memeluk agama Islam pun meningkat dengan amat pesat. Menurut suratkabar Perancis Figaro, baru-baru ini tercatat hampir 11 ribu rakyat Jerman telah memeluk agama Islam.
Umat Islam Jerman mempunyai hampir 2.200 masjid dan pusat agama di seluruh negeri. Untuk mengembangkan pusat-pusat keislaman tersebut dan untuk meraih posisi yang kuat di tengah masyarakat Jerman, umat Muslim membentuk organisasi sejak akhir dekade 1960-an. Awalnya, organisasi-organisasi ini terbatas pada kelompok atau etnis tertentu. Namun pada akhir abad ke-20, mulai diambil langkah-langkah pembentukan sebuah pusat atau Dewan Tinggi yang bisa menjadi penghubung dan pemersatu berbagai organisasi keislaman Jerman.
Menurut sebuah penelitian, prosentase umat Islam Jerman yang secara kontinyu pergi ke masjid jumlahnya cukup tinggi. Selain itu, mereka juga menginginkan anak-anak mereka bersekolah agama agar mempelajari Al-Quran dan terjauhkan dari pengaruh budaya Barat yang merusak.
Suratkabar Figaro mencatat, “Kehadiran umat Islam Jerman ke masjid-masjid nampak sangat mencolok dan Paus agaknya memiliki impian kosong bila berharap umat Kristiani mendatangi gereja-gereja dengan antusiasme yang sama seperti umat Muslim di Jerman”.
Penelitian yang dilakukan oleh Institiut Orientalis Hamburg yang tergabung dengan Kementerian Dalam Negeri Federal Jerman melaporkan, ada peningkatan keterikatan anak-anak muda kepada organisasi-organisasi Islam. Universitas Bielefeld Jerman dalam penelitiannya juga menemukan, sama seperti yang terjadi di Prancis, pemuda Muslim Jerman cenderung untuk mengikatkan diri mereka dengan ajaran Islam. Sambutan anak-anak muda Muslim ini memberi kekuatan baru terhadap umat Islam Jerman karena anak-anak muda merupakan penerus masa depan setiap masyarakat.
Meski jumlahnya cukup signifikan, namun umat Islam masih dianggap sebagai tamu asing dan warga kelas dua sebagaimana ungkapan Kardinal Lehman di atas. Umat Islam belum diakui secara resmi oleh pemerintah Jerman. Ironisnya, kaum Yahudi yang hanya berjumlah sekitar 400 ribu diakui sebagai kelompok resmi.
Sumber: wargajenggot.blogspot.com
“Toleransi tanpa disertai sikap kritis akan membuat warga Muslim menikmati perlakukan yang sama dengan umat Kristen,” katanya. Padahal, warga Muslim adalah warga minoritas. Menurut Lehman, umat Kristiani lebih berperan besar dalam pembentukan sejarah Eropa dan budayanya.
Pernyataan Lehman itu didukung oleh Sekretaris Jenderal Penasehat Partai konservatif Persatuan Demokratik Kristen, Ronald Pofalla. Ia menyatakan, Lehman berhak mengatakan bahwa Islam tidak boleh mendapat perlakuan sama dengan penganut Kristen. ” Islam tidak ada dalam akar budaya Eropa dan tidak merefleksikan pola hidup sehari-hari yang sama, ” kata Pofalla.
Lehman mengeluarkan pernyataan itu di tengah perdebatan tentang rencana pembangunan masjid raya di kota Cologne. Kardinal Joachim Meisner dari Cologne juga menyiratkan ketidaksenangannya atas rencana tersebut. “Saya tidak ingin mengatakan khawatir, tapi saya merasa tidak nyaman dengan hal ini,” kata Meisner yang tahun lalu melarang anak-anak Katolik berdoa bersama teman-teman sekelasnya yang Muslim.
Kegelisahan para kardinal itu cukup beralasan, apalagi diprediksi tahun 2046 warga Muslim akan menjadi mayoritas di negeri Hitler ini. Menurut hasil studi Islam-Archive Central Institute, Soest, Jerman yang dirilis pertengahan Januari lalu, kemungkinan itu bisa terjadi karena arus imigran Muslim ke Jerman dan jumlah warga Jerman yang masuk Islam terus meningkat tajam. Data situs bbc.co.uk tahun 2005 menunjukkan, di Jerman terdapat sekitar 3 juta umat Islam atau 3.6% dari total populasi 84 juta jiwa.
SECARA keseluruhan, diperkirakan saat ini jumlah umat Islam di Eropa mencapai angka 53 juta jiwa. Menurut hasil riset Islam-Archive Central Institute, jumlah mereka mencapai 53.713.953. Sebanyak 15.890.428 jiwa tersebar di negara-negara Uni Eropa.
Islam merupakan agama kedua terbesar di Jerman setelah Kristen. Besarnya jumlah muslim di Jerman berakar sejak masa pemerintahan Khilafah Islam Turki Utsmani. Saat itu, banyak umat Islam yang bermigrasi ke Jerman. Namun, peningkatan pesat jumlah muslim di Jerman terjadi pasca Perang Dunia Kedua. Rekonstruksi Jerman selepas perang membutuhkan banyak tenaga kerja murah. Suplai tenaga kerja pada masa tersebut sebagian datang dari Turki.
Umat Islam di Jerman merupakan kelompok populasi yang paling banyak meningkat sehingga 40 persen dari mereka berusia di bawah 18 tahun. Selain itu, warga Jerman asli yang memeluk agama Islam pun meningkat dengan amat pesat. Menurut suratkabar Perancis Figaro, baru-baru ini tercatat hampir 11 ribu rakyat Jerman telah memeluk agama Islam.
Umat Islam Jerman mempunyai hampir 2.200 masjid dan pusat agama di seluruh negeri. Untuk mengembangkan pusat-pusat keislaman tersebut dan untuk meraih posisi yang kuat di tengah masyarakat Jerman, umat Muslim membentuk organisasi sejak akhir dekade 1960-an. Awalnya, organisasi-organisasi ini terbatas pada kelompok atau etnis tertentu. Namun pada akhir abad ke-20, mulai diambil langkah-langkah pembentukan sebuah pusat atau Dewan Tinggi yang bisa menjadi penghubung dan pemersatu berbagai organisasi keislaman Jerman.
Menurut sebuah penelitian, prosentase umat Islam Jerman yang secara kontinyu pergi ke masjid jumlahnya cukup tinggi. Selain itu, mereka juga menginginkan anak-anak mereka bersekolah agama agar mempelajari Al-Quran dan terjauhkan dari pengaruh budaya Barat yang merusak.
Suratkabar Figaro mencatat, “Kehadiran umat Islam Jerman ke masjid-masjid nampak sangat mencolok dan Paus agaknya memiliki impian kosong bila berharap umat Kristiani mendatangi gereja-gereja dengan antusiasme yang sama seperti umat Muslim di Jerman”.
Penelitian yang dilakukan oleh Institiut Orientalis Hamburg yang tergabung dengan Kementerian Dalam Negeri Federal Jerman melaporkan, ada peningkatan keterikatan anak-anak muda kepada organisasi-organisasi Islam. Universitas Bielefeld Jerman dalam penelitiannya juga menemukan, sama seperti yang terjadi di Prancis, pemuda Muslim Jerman cenderung untuk mengikatkan diri mereka dengan ajaran Islam. Sambutan anak-anak muda Muslim ini memberi kekuatan baru terhadap umat Islam Jerman karena anak-anak muda merupakan penerus masa depan setiap masyarakat.
Meski jumlahnya cukup signifikan, namun umat Islam masih dianggap sebagai tamu asing dan warga kelas dua sebagaimana ungkapan Kardinal Lehman di atas. Umat Islam belum diakui secara resmi oleh pemerintah Jerman. Ironisnya, kaum Yahudi yang hanya berjumlah sekitar 400 ribu diakui sebagai kelompok resmi.
Sumber: wargajenggot.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar