Banda Aceh sudah tidak asing buat saya. Untuk kepentingan peliputan dari Jakarta, saya sudah mendatangi ibukota Aceh ini berkali-kali. Namun, kali ini kedatangan saya bukan untuk peliputan. Menjelang akhir 2009, bersama suami, saya datang untuk mengenalkan pada putra pertama kami tentang kampung halamannya. Suasana menjadi jauh lebih santai. Dan saya memiliki waktu untuk menikmati kota atau hidangan khas Aceh; sesuatu yang dahulu harus saya lakukan terburu-buru ditengah padatnya pekerjaan.
Di Banda Aceh, ada satu jenis kuliner yang selalu menggoda perhatian saya. Ya, mie Aceh namanya, dan yang menjadi favorit saya adalah mie kepiting. Salah satu tempat “jempolan” yang menjual mie kepiting adalah di kedai Mie Razali. Kedai yang terletak di Jalan Panglima Polim ini setiap harinya ramai dikunjungi pembeli. Di sini orang tidak hanya memburu mie kepiting, tetapi juga versi lain, seperti mie udang, daging, atau seafood.
Mie Aceh dapat dicicipi dengan dua cara, yakni digoreng atau direbus alias menggunakan kuah. Untuk rasa, Anda bisa memilih sendiri, apakah ingin pedas atau tidak. Mie kepiting biasanya disantap ketika masih hangat, tentu dengan tak melupakan emping dan acar bawang merah sebagai pendamping santapan. Dengan menyantap mie kepiting, Anda akan merasakan rempah-rempah khas Aceh secara kental. Rempah-rempah ini tidak hanya terasa di setiap helai mie, tetapi juga saat Anda menyantap daging kepitingnya.
Harga satu porsi mie kepiting sepertinya relatif mahal, yaitu Rp 28 .000. Meski demikian, harga itu menjamin kepuasan Anda saat menikmati mie kepiting.
Wisataloka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar