"Larangane Gus Dur sewu, mbok nom sewu limangatus, krisdayati pituseket, sembakone telungewu". Itulah suara Cak Mis ketika menghitung harga yang dipesan pelanggannya.
Jangan kaget! Semua sebutan itu adalah nama menu makanan ataupun jajanan yang ada di warung kaki lima milik Cak Mis.
Warung yang ada di Jalan Bintoro Timur Surabaya ini memang tergolong unik. Semua makanan dan minuman yang ada di warung milik lelaki bertubuh ceking ini memiliki julukan khusus.
Meski sebenarnya menunya tak jauh beda dengan warung lain yang ada di Kota Pahlawan namun setiap sore hingga malam, warung Cak Mis selalu sesak dijejali pelanggannya.
Bahkan dalam beberapa jam saja, 600 bungkus nasi yang dijuluki Sembako di warung milik pria asal Desa Payungan, Kecamatan Glagah, Lamongan ini ludes.
Apakah menunya enak? Sebenarnya biasa saja, tak jauh beda rasanya dengan warung lainnya. Hanya saja pelanggannya menyukai gaya Cak Mis saat melayani pembeli.
Dalam hitung menghitung yang harus dibayar pembeli, dia mampu melakukan dengan cepat meski masih dibantu kalkulator kesayangannya. Belum lagi jika dia menyebut julukan makanan yang dipesan.
Yang pasti, siapa pun akan tertawa atau tersenyum jika mendengarnya. Apalagi pelanggan baru. Pasti akan kaget. Di benaknya pasti akan terlintas pertanyaan, makanan apa pula ini.
Mau tahu sebutan menu yang dijual di warung Cak Mis? Ini dia:
- Larangane Gus Dur (Dideh): Rp 1000/biji
- Pakan doro (dadar jagung): Rp 750/biji
- Krisdayanti (sate usus pedas): Rp 750/tusuk
- Kuping Ndablek (kikil sapi bumbu merah): Rp 1500/biji
- Kulit Landak (Sate kulit): Rp 750/tusuk
- Cucak Rowo (sate telur puyuh): Rp 750/tusuk
- Mbok Nom (Es Sinom): Rp 1500/gelas
- STW (Es Teh): Rp 1000/gelas
- Spring Bed (Martabak): Rp 1000/biji
- Guling (Lumpia): Rp 1000/biji
- Sembako (Nasi bungkus): Rp 3000/bungkus
- Melarat (Ote-ote): Rp 750/biji
- Lumpur Lapindo (Kue lumpur): Rp 1500/biji
Sebutan menu ala Cak Mis ini mempunyai makna. Misalnya sate usus digantinya dengan nama krisdayanti. "Krisdayanti dulu rambutnya dulu meliuk-liuk kayak keris. Jadi cocok untuk nama sate usus yang juga meliuk-liuk," jawab dia.
Lalu Melarat alias ote-ote. "Ote-ote kan bahasa Jawanya tak pakai baju. Jadi melarat," terang Cak Mis dengan tertawa ngakak.
Dan yang menggelikan lagi, ada sebutan khusus ala Cak Mis bagi air cuci tangannya. Dia menamakan: Kolam Renang. "Kolam renangnya gratis mbak," kata Cak Mis menjawab pertanyaan pembelinya.
"Tambah lapangan dan skrop gak?" tanya Cak Mis yang setiap malam selalu ditemani sang istri tercintanya, Sumiati ini. Sekali lagi, inilah uniknya. Lapangan yang dimaksud adalah piring. Dan Sekrop adalah garpunya.
Meski menunya kelas 'ekonomi' namun pelanggan yang sudah kecanduan cukup luar biasa. Mulai tukang becak, pelajar, mahasiswa, dosen, karyawan, profesional muda hingga para pengusaha bermobil mewah.
Dan bila kursi kayu yang disediakan penuh, maka penikmat Cak Mis ini harus rela lesehan dengan beralas terpal maupun tikar. Bahkan tak jarang ada yang harus menyantap makanan di dalam mobilnya.
Nah, jika Anda penasaran dan ingin menjajal menu ala Cak Mis, jangan datang malam hari. Dijamin tidak bakal kebagian sembako.
"Kalau mau sembako sebelum maghrib. Di atas itu sudah ludes," kata Cak Mis memberi saran. Mau?
www.surabaya.detikcom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar