Sekilas Informasi Nurdin Halid :
Nurdin terpilih sebagai Ketua PSSI pada tahun 2003. Ia dikenal sebagai ketua PSSI yang kontroversial. Dia menjalankan organisasi dari balik terali besi penjara, mengumumkan ide menaturalisasikan pemain asing, menambah jumlah peserta Liga Indonesia tiap tahun sehingga tidak ada klub yang terdegradasi, menentang penghentian pengucuran dana APBD untuk klub, dan mengurangi sanksi Persebaya yang sebelumnya terlibat kerusuhan pertandingan secara besar-besaran (dari larangan main di kandang selama dua tahun menjadi hanya larangan sebanyak 3 kali pertandingan kandang). Sayangnya, oleh karena kekhilafannya itu, banyak pihak yang tidak mendukungnya.
Pada 16 Juli 2004, dia ditahan sebagai tersangka dalam kasus penyelundupan gula impor ilegal. Ia kemudian juga ditahan atas dugaan korupsi dalam distribusi minyak goreng. Hampir setahun kemudian pada tanggal 16 Juni 2005, dia dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan tersebut oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan dibebaskan. Putusan ini lalu dibatalkan Mahkamah Agung pada 13 September 2007 yang memvonis Nurdin dua tahun penjara. Ia kemudian dituntut dalam kasus yang gula impor pada September 2005, namun dakwaan terhadapnya ditolak majelis hakim pada 15 Desember 2005 karena berita acara pemeriksaan (BAP) perkaranya cacat hukum. Selain kasus ini, ia juga terlibat kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari Vietnam dan divonis penjara dua tahun 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 9 Agustus 2005. Tanggal 17 Agustus 2006 ia dibebaskan setelah mendapatkan remisi dari pemerintah bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Dalam pertandingan Indonesia Vs Uruguay 8 Oktober 2010 di Senayan, ia di soraki ribuan penonton “TURUNKAN NURDIN HALID”, Presiden pun tentunya mendengar kegundahan hati penggemar sepak bola Indonesia, karena beliau duduk tidak jauh dengan Nurdin Halid, tapi tetap!Nurdin seakan tidak peduli dengan teriakan tersebut, lantas ia mengatakan
Saya tahu siapa yang membayar supporter teriak-teriak di stadion agar saya mundur dan turun dari PSSI, saya tahu orangnya,” tegasnya.
yang artinya bahwa teriakan Supporter tersebut adalah di rekayasa, dan ada aktor di balik teriakan tersebut, lantas ia pun tetap ingin bertahan di kursi PSSI sampai batas waktu yang ia “inginkan”Dalam wawancara dengan salah satu station TV SWASTA ia mengatakan tidak kecewa terkait kekalahan telak Timnas Indonesia. Timnas akan belajar dari pengalaman tersebut, lhoe? belajar tanpa henti-hentinya ya Om?
Di luar negeri tidak ada tuntutan menurunkan Ketua Umum jika Timnas kalah, ya itu ujar Nurdin, bagaimana dengan Supporter?
Sebelum pertandingan tersebut Nurdin Juga sempat “Mengemis” dana RP.1,5 Triliun kepada DPR RI.
Nurdin Halid menyatakan, sepakbola hanya bisa maju jika pemerintah menyediakan dana Rp 1,4 trilyun. “Dana itu bukan untuk PSSI melainkan untuk infrastruktur sepak bola di daerah-daerah,” katanya. Dalam Wawancara di Station TV Swasta.
Teriakan agar Nurdin Halid mundur dari Ketua PSSI tidak hanya terlontar saat pertandingan Timnas Indonesia melawan Uruguay, Jumat (8/10). sebuah media di Bandung, yakni Pikiran Rakyat mencatatkan, ada berbagai komentar yang mencemooh kinerja Nurdin Halid.Seorang pembaca bernama Toro mengomentari permintaan Nurdin agar pemerintah menyediakan infrastruktur agar sepakbola bisa maju. Menurutnya, percuma infrastruktur bagus bila pembinaannya tidak maksimal. “Bukan cuma berpikir membangun fasilitas megah tapi kualitas pemain masih di bawah,” tulisnya.
Pembaca lain memberi komentar atas pengajuan dana PSSI sebesar Rp 1,4 trilyun. “Saya tidak akan meng approve Nurdin karena program dan aplikasi penggunaan uang tidak transparan,” tulisnya.
Sementara itu, tulisan mencemooh paling tajam diberikan oleh seseorang bernama Aby. Menurutnya, Peran Nurdin Halid tidak berguna bagi perkembangan sepakbola di tanah air. Maka, dia meminta Nurdin mundur dari jabatannya. “Udah tau nurdin halid tidak berguna masih aja mmpin pssi. Apa susahnya sh kamu itu mengundurkn dri dr jbatan kmu skrng,” tulisnya.
Anggota Komisi X DPR RI, Dedi Gumelar, berharap KONI memiliki keberanian politik untuk melakukan intervensi kepada PSSI, sehingga bisa mengubah sistem dalam seluruh proses pembinaan olahraga tersebut di Indonesia.
“Meskipun PSSI adalah organisasi mandiri dan intervensi oleh negara terhadap organisasi tersebut melanggar aturan FIFA, tetapi itu akan lebih baik untuk perkembangan olahraga sepak bola Indonesia di masa yang akan datang,” kata Dedi Gumelar di sela uji publik RUU Cagar Budaya di Yogyakarta, Sabtu (9/10/2010).
Dedi mengatakan hal itu menanggapi kekalahan pahit tim Indonesia saat menjamu tim Uruguay dengan skor 1-7 di Stadion Gelora Bung Karno, Jumat (8/10/2010) malam.
Menurut dia, PSSI selama ini juga tidak memiliki kiprah atau prestasi yang cukup baik di FIFA, sehingga apabila nantinya federasi sepak bola internasional tersebut akan menjatuhkan sanksi kepada PSSI, maka sanksi tersebut tidak akan berpengaruh negatif untuk Indonesia.
“Saat ini, Indonesia masih sulit untuk bisa mendominasi pertandingan internasional, misalnya di SEA Games, atau Asian Games,” katanya.
Dedi bahkan menilai, apabila Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA, maka Indonesia justru akan memiliki banyak waktu untuk memperbaiki sistem pembinaan olahraga tersebut dan kemudian berprestasi.
“Selama ini, sistem pembinaan yang dilakukan salah. Kompetisi dilakukan hanya untuk pertandingan saja. Pembinaan harus dilakukan sejak dini, bukan menggabung-gabungkan pemain dari satu klub dengan klub lain,” katanya.
Ia mengatakan, pembinaan sejak dini tersebut sangat diperlukan, karena di Indonesia sepak bola belum menjadi sebuah budaya tetapi baru sebatas olahraga hiburan.
Pembinaan sejak dini tersebut, lanjut dia, juga sekaligus menjadi penolakan terhadap rencana naturalisasi pemain asing ke dalam tim nasional sepak bola Indonesia, meskipun pemain asing tersebut dikatakan memiliki darah Indonesia.
“Harusnya bangsa Indonesia malu dengan rencana naturalisasi itu. Penduduk di Indonesia sangat banyak, sehingga pasti ada banyak pemain yang bisa direkrut untuk menjadi pemain sepak bola di masa depan,” katanya.
Naturalisasi, lanjut dia, juga belum memberikan jaminan tentang perbaikan sepak bola di Indonesia, di samping jaminan menyangkut rasa nasionalisme pemain-pemain hasil naturalisasi tersebut. “Naturalisasi bukanlah solusi jangka panjang,” katanya.
Kami pecinta sepak bola Indonesia meminta aksi dan bukti berupa prestasi…bukan hanya sekedar janji !!
Katakan benar bila benar, katakan salah bila salah !
Dalam permainan kalah menang sudah biasa, yang penting mari saling bahu membahu untuk… Indonesia !
Sudahlah Nurdin Halid.. segera lepas jabatanmu, Supporter sudah Muak dengan tingkah dan beragam kegagalanmu.
Sumber: suporter-indonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar