Bukankah kita sering silau dengan penampakan kekayaan seseorang, dan sering menyepelekan penampilan kemiskinan seseorang. Menjadi pegawai harus kaya, menjadi politisi harus kaya, menjadi artis harus kaya bahkan menjadi ustadz atau kayi harus nampak kaya. Tentu saja kita boleh dan harus menjadi kaya, tetapi cara memperoleh kekayaan itu dan tujuan kita kaya harus lah jelas, bersih dan tentu saja diperoleh dengan cara yang halal.
Repotnya, kita tak pernah mau tahu dengan cara apa kekayaan itu diperoleh. Pokoke kuaya, titik. Maka berlombalah kita semua untuk berburu uang dengan segala cara. Sampai-sampai ada yang mengatakan cari yang HARAM aja susah apalagi cari yang HALAL. Segala upaya ditempuh untuk mendapatkan kekayaan. Kalau jadi maling jangan tanggung-tanggung, akibat sama juga, jika ketangkep dikandangin juga. Yang maling voucher handphone 10.000 rupiah ditangkap polisi, sekalian saja maling 10.000 dollar. Artinya dengan uang sebesar 10.000 dollar kita masih berbagi dengan oknum petugas agar kita bisa dibebaskan. Kita masih bisa berbagi dengan uang hasil penggarongan itu.
Untuk membela maling voucher, sangat sulit mendapatkan pengacara kondang. Tetapi untuk seorang Gayus, untuk Melinda Dee, para pengacara kondang berebut untuk membelanya. Tentu hanya satu tujuan, bagaimana mereka bisa mendapatkan fee yang besuaar dari klien kakapnya.
Kita tak beda dengan ummat Israel, ummat Yahudi, tatkala mereka cemburu, iri dan kepengen mempunyai kekayaan sebanyak Qorun punya. Tetapi ketika Qorun ditenggelamkan ke dalam perut bumi, mereka sadar bahwa kekayaan yang diperoleh oleh seseorang tidak menjamin keselamatan dirinya. Jika bisa, jika tidak ketahuan. Kita mau seperti Gayus, kita menghendaki kehidupan Melinda Dee. Dalam perburuan harta tak beda pria maupun wanita. Gayus berbekal dengan pengetahuan tentang pajak dan jaringannya mampu mengumpulkan miliaran rupiah, demikian juga Melinda Dee dengan bekal kecantikan, kecerdasan dan pengetahuan tentang produk perbankan, mampu mengecoh dan merogoh kantung para nasabahnya hingga miliaran rupiah.
Ismail Solichin
Sumber: kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar