Apa sih sebenarnya wakil rakyat itu…..?
Wakil, dalam bahasa Arab berarti tempat bersandar, artinya siapapun yang menjadi wakil harus siap dan mampu menjadi tempat sandaran bagi yang diwakili. Seorang wakil mestilah memiliki kesiapan mental dan kapasitas profesional untuk menjadi tempat sandaran dan pengaduan mereka yang diwakili. Makna lain dari wakil dalam tradisi barat adalah representasi. Sebagai representasi, menjadi sangat janggal bila tidak memahami dan memperjuangkan yang diwakilinya. Rakyat, dalam bahasa Arab mengandung dua arti, yaitu himpunan massa yang perlu dijaga serta tempat kembali. (Komaruddin Hidayat, MetrotvNews.com, 02 Agustus 2010).
Dengan demikian seorang wakil rakyat haruslah mampu memahami dan memperjuangkan nasib sehimpunan massa yang diwakilinya. Sudahkah kita melihat itu..?
Pertanyaan selanjutnya, pantaskah tempat bersandar itu menjadi melankolis, menjadi cengeng dengan mengeluarkan kalimat kalimat “saya di dzolimi”, “Saya teraniaya”…?
Dengan membaca tulisan Im Sumarsono, Inilah.com , 02/02/10 yang mengutip tanggapan Ikrar Nusa Bhakti, kita mungkin bisa mendapat jawaban dari pertanyaan itu.
‘Teraniaya atau terdzolimi itu hanya berlaku bagi kaum yang lemah. Kaum yang tertindas. Tidak ada yang namanya penguasa atau orang yang sedang memegang kekuasaan menyebut dirinya terdzolimi. Bagaimana bisa terdzolimi atau teraniaya, dia yang memegang kekuasaan?. Rakyat sudah memberikan mandat. Itu tipikal politisi cengeng saja.”
Gus Dur telah meninggalkan kita, tapi ada sebutan beliau kepada orang orang di lembaga wakil rakyat ini yang mungkin tak pernah kita lupakan. ‘Anak TK ‘.
Cap anak TK pada DPR tidak pernah hilang. Terlebih bila anggota parlemen tidak bisa menunjukkan etika dan kinerja yang baik untuk kepentingan rakyat. Waktu, katanya, bisa menyembuhkan segala luka. Waktu juga akan membuat seseorang tumbuh kembang dan menjadi dewasa. Tapi bagi anggota DPR, waktu seperti tidak mengubah apa-apa. Anggota DPR tidak kunjung beranjak dari dunia ‘taman kanak-kanak’.
Pergantian waktu bagi DPR seperti jeruk purut yang mengkerut. Polah anggota DPR tetap sering membikin kita cemberut. Entah sampai kapan kita harus bersabar. He he he …(Muhammad Nur Hayid, DetikNews, 03/03/10).
Wallahu’alam.
Novarizqa Saefuddin
Sumber: kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar