Di tengah wajah metropolis Kota Surabaya, terdapat satu miniatur kehidupan satwa yang terjaga dan lestari, yang ‘dijunjung’ sebagai ikon kota pahlawan dan propinsi Jawa Timur, yakni Kebun Binatang Wonokromo Surabaya (KBS),-dengan monumen Sura dan Buaya di depannya-, sebagai kebanggaan dan identitas arek-arek Suroboyo. Terletak di Jl. Setail No. 1, tepat berada pada simpul pertemuan empat jalan utama, Darmo-Wonokromo-Joyoboyo-Diponegoro, tidak jauh dari Stasiun Wonokromo, Terminal Bungurasih dan Bandara Juanda, sehingga memudahkan pengunjung untuk mencapai daerah wisata ini.
Kebun binatang yang dikelola oleh Perkumpulan Taman Flora & Satwa Surabaya (TFSS) memiliki misi dan visi sebagai kawasan konservasi alam, pendidikan dan laboratorium penelitian berbagai jenis flora dan fauna sekaligus sebagai sarana rekreasi edukatif. Tempatnya yang hijau rimbun, sejuk dan rindang, ditumbuhi bermacam jenis vegetasi khas hutan hujan tropis yang telah berusia puluhan tahun, memberikan fungsi tambahan bagi KBS sebagai paru-paru kota terbesar kedua di Indonesia, sedikit mereduksi hawa panas Surabaya, dikarenakan posisi geografis ibukota Jawa Timur ini tepat berada di pesisir utara Laut Jawa. Zat oksigen hasil respirasi daun pepohonan dari hutan mini di kawasan KBS, berguna sebagai detergen pencuci udara kota dari polusi.
Merunut sejarah, rintisan berdirinya KBS dimulai pada tahun 1916. Adalah HFK Kommer dan JP Moymaan, dua orang wartawan Belanda pecinta satwa, yang awalnya memelihara dan merawat beberapa satwa langka di kediaman rumahnya di Kaliondo. Pada 31 Agustus 1917, mereka pindah ke Jl. Tamanrindelan, Grudo, (Pandegiling sekarang), yang pemindahan satwa-satwanya dilaksanakan pada Bulan April 1918. Pada tahun 1920 Perusahaan Kereta Api Uap Jawa Timur- Oost Java Stoomtram Matschappiy (OJS), mengusahakan sebidang tanah seluas 8 Ha di sebelah Stasiun Trem Wonokromo sebagai area kebun binatang yang kemudian dinamai Soerabaiasche Dierentuin – Kebun Binatang Surabaya. Pada perkembangannya selanjutnya tempatnya diperluas hingga wilayah Darmo, lokasinya sampai saat ini.
Dibanding kebun binatang lain di wilayah Indonesia, KBS terhitung memiliki koleksi hewan satwa paling lengkap. Tak kurang dari 350 spesies dengan jumlah individu sekitar 4000 ekor, baik kelas Mamalia (menyusui), Reptilia (melata), Aves (burung) dan Pisches (ikan), berhasil dikonversi dan dipelihara di areal seluas 15 Ha ini. Di bidang penangkaran satwa liar , pun berhasil dikembangbiakkan pelbagai jenis satwa langka asli ‘pribumi’ tanah air, antara lain Komodo, Jalak Bali, Anoa, Harimau Sumatra, Bekantan, Orang Utang dan Babi Rusa. KBS juga ditetapkan sebagai Sentral Breeding International, yang hasil penangkarannya telah tersebar ke berbagai suaka margasatwa di belahan negara lain. Jenis binatang yang sukses pem’breeding’an adalah Pelikan Australia, Harimau Benggala (putih), Onta dan Singa Afrika.
Selain sebagai tujuan wisata zoologi dan botani, oleh pengelola KBS, juga disediakan fasilitas penunjang yang bersifat entertain bagi wisatawan. Bila kita jelajahi setiap sudut KBS, banyak wahana tambahan seperti aksi menunggang gajah, onta dan kuda, pentas satwa, perpustakaan dan taman bacaan, dongeng satwa, feeding time hewan komodo, arena bermain anak dan berlayar naik perahu mengitari pulau yang dihuni bekantan, owa jawa dan beberapa jenis satwa lainnya yang dibiarkan hidup di alam bebas.
Di saat dunia mengalami degradasi kualitas lingkungan, berjuang melawan pemanasan global, menyempitnya lahan hutan, aksi liar perburuan satwa, kerusakan ekosistem dan putusnya mata rantai makanan jejaring kehidupan, serta eksploitasi alam yang tanpa kenal batas, melihat dan menikmati koleksi flora dan fauna di KBS, serasa menjadi obat dahaga kerinduan menyaksikan keanekaragaman satwa langka dan mengagungkan rasa syukur kepada-Nya karena kita masih diijinkan untuk menatap puing-puing kehidupan margasatwa yang masih tersisa di muka bumi ini.
Save the Animals
Tidak ada komentar:
Posting Komentar