Jumat, 11 Maret 2011
Drama Reshuffle Alihkan Isu BBM
Kelangkaan BBM yang sering terjadi di beberapa daerah seharusnya perlu menjadi perhatian para anggota DPR dan partai politik, terutama Presiden SBY. Namun sayang, mereka hanya disibukkan oleh drama reshuffle dan koalisi.
“Kami meminta SBY untuk segera menghentikan permainan sandiwara reshuffle kabinet, dan tidak melakukan pengalihan isu dalam menyelesaikan masalah kesejahteraan rakyat, kelangkaan BBM, serta krisis pangan dan energi,” kata Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono kepada matanews.com di Jakarta, Rabu 9 Maret 2011.
SBY, lanjut dia, harus fokus untuk bisa memberikan lapangan kerja baru bagi rakyat, serta menurunkan harga-harga akibat inflasi yang tidak terkendali. Begitu juga menghindari deindustrialisasi yang akan menimpa ekonomi Indonesia.
“Jika ini terus diabaikan, dan SBY lebih asyik memainkan sandiwara koalisi partai pendukung pemerintah, dan pepesan kosong, dan janji palsu, serta kebohongan, sudah dapat dipastikan SBY akan dijatuhkan oleh rakyatnya lewat aksi parlemen jalanan yang akan dimotori oleh mahasiswa dan buruh. Tidak tertutup kemungkinan TNI pun akan ikut serta seperti di Timur Tengah,” cetus Arief.
Diingatkan dia, hal ini tidak bisa dianggap enteng. Sebab naiknya harga minyak dunia akibat krisis politik di Timur Tengah berakibat pada naiknya harga minyak dunia. Tentu saja ini akan berpengaruh pada harga BBM di Indonesia, serta ketersediaan BBM di dalam negeri.
“Maklum saja, sejak SBY memerintah, Indonesia sudah menjadi negara pengimpor minyak bumi. Dengan naiknya harga minyak dunia, sudah dapat dipastikan dana yang telah dianggarkan oleh APBN untuk subsidi BBM menjadi membengkak dan makin menggerus keuangan negara. Begitu juga dengan keuangan Pertamina juga direpotkan dengan harga minyak dunia yang naik,” kata Arief.
Kelangkaan BBM di beberapa kota di Indonesia, jelas dia, akan memicu inflasi yang tinggi dan makin terpuruknya sektor UKM, serta makin terjadi deindustrialisasi. Jika ini sering terjadi, dipastikan komitmen investasi kepada Indonesia yang dijanjikan investor dalam dan luar negeri akan kembali menjadi pepesan kosong.
“Jika tim ekonomi bisa menganalisa krisis politik di Timur Tengah yang dimulai di Tunisia dan krisis ekonomi di Amerika. Biasanya jika ekonomi di Amerika mengalami krisis, Amerika akan menciptakan krisis politik di Timur Tengah. Seharusnya pemerintah Indonesia bisa melakukan stok BBM atau melakukan hedging pembelian BBM agar tidak terjadi kelangkaan BBM,” saran Arief.
Namun setiap kelangkaan BBM yang terjadi, sambung dia, pemerintah selalu menuduh ada spekulan BBM yang bermain, cuaca buruk, atau ada kapal tangker pembawa BBM yang rusak. Ini semua adalah alasan klasik yang biasa dikeluarkan pemerintah SBY dan Pertamina.
“Sebenarnya kalau mau jujur, kelangkaan BBM lebih disebabkan oleh keuangan pemerintah yang sudah bokek akibat naiknya harga minyak dunia di luar perkiraan tim ekonomi SBY. Ketua tim ekonomi SBY yakni Hatta Rajasa lebih pintar menganalisa politik dalam negeri dan menjadi kurir politik untuk membujuk PDIP agar mau berkoalisi, dibandingkan menganalisa dampak krisis politik di Timur Tengah terhadap perekonomian Indonesia dan ketersediaan dana APBN untuk belanja BBM,” tandas Arief.
Sumber: matanews.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar