23. Jarak
Jarak pagar(Jatropha curcas), sesuai namanya, jarak pagar memang
banyak ditanam sebagai pembatas halaman rumah alias pagar. Setelah
ditanam, jarak pagar terkesan sebagai tanaman liar yang tak pernah
dirawat oleh yang menanamnya. Buahnya berdompol-dompol berwarna hijau.
Getah pohon jarak pagar tidak akan dilupakan oleh anak-anak di sebagian
perkampungan di Jawa Tengah, sebagai bahan bermain yang sangat menarik.
Dengan memetik tangkai daunnya maka dari batang bekas tangkai tersebut
akan mengalir getah agak kental dan berwarna bening. Getah tersebut oleh
anak-anak ditampung pada wadah kecil lalu ditambah sedikit air.
Permainan dimulai dengan kolongan kecil dari ujung lidi kelapa atau
sejenisnya yang dicelupkan ke dalam cairan getah tersebut. Getah yang
menempel pada kolongan tersebut ditiup, maka terbanglah bola-bola bening
dari getah tersebut. Semakin sering ditiup, maka semakin banyak
bola-bola getah betertangan ke udara.
Jarak pagar tidak bisa dilepaskan dari kehidupan petani di sebagian
wilayah Jawa Tengah. Seorang petani memakai caping dari bambu menuju
sawahnya ketika hujan sedang melanda, dengan beberapa tangka daun jarak
menempel di capingnya. Dengan daun jarak di atas kepalanya, petani itu
yakin petir tidak akan menyembar dirinya. Itu keyakinan sebagian dari
mereka. Benar dan tidaknya belum ada pembuktian. Yang jelas, daun jarak
bahasa Jawanya adalah blêdèg. Petir dalam bahasa Jawa juga blêdèg.
Mungkin mereka beranggapan bahwa sesama blêdèg tidak akan saling
menyerang.
Terlepas dari itu semua jarak pagar mempunyai menfaat yang banyak dalam
upaya kesehatan manusia. Biji jarak misalnya, walaupun mengandung racun
yang cukup kuat, namun dapat dimanfaatkan dengan aman sebagai obat luar.
Secara tradisional jarak pagar biasa digunakan untuk mengatasi
beerbagai penyakit luar.
Ragam penyakit yang dapat ditaklukkan oleh biji tanaman asal Amerika
Selatan ini cukup beragam, antara lain menyembuhkan gatal-gatal, koreng,
jamur pada kaki, dan luka berdarah. Selain itu tanaman ini juga bisa
dimanfaatkan untuk mengatasi bengkak akibat terpukul, terkilir, dan
rematik. Daun jarak pagar juga bisa digunakan untuk mengatasi perut
kembung pada anak. Dengan penggunaan yang hati-hati, daun jarak pagar
bahkan dapat digunakan sebagai obat pencahar ringan.
Minyak yang terbuat dari biji jarak, digunakan untuk mengatasi gangguan
pada kulit, bengkak, maupun terkilir. Minyak biji jarak pagar sebaiknya
memang tidak digunakan secara oral (melalui mulut) karena mengandung
racun yang membahayakan jika dikonsumsi.
Untuk mengatasi luka, dibutuhkan dua sendok teh minyak biji jarak pagar,
¼ sendok teh belerang, sejari tangan kayu secang, dan dua sendok makan
vaselin. Panaskan seluruh bahan sampai meleleh, dan aduk hingga merata.
Pisahkan serutan kayu secang dan dinginkan sebelum dioleskan pada bagian
yang luka.
Selain minyaknya, getah jarak pagar pun berkhasiat menghentikan
perdarahan akibat luka. Getah jarak pagar bersifat antimikroba sehingga
dapat mengusir bakteri seperti jenis Staphylococcus, Streptococcus, dan
Escherichia coli.
Bagian lain dari jarak pagar juga dapat dimanfaatkan adalah daunnya,
yaitu untuk mengatasi bengkak dan terkilir. Caranya, lumat daun jarak
pagar sampai halus seperti bubur, kemudian balurkan pada bagian tubuh
yang terkilir, bengkak, maupun luka.
Daun jarak pagar juga bisa mengurangi derita rematik. Untuk itu,
dibutuhkan 10 lembar daun jarak segar yang telah dicuci bersih dan
ditumbuk halus dengan air secukupnya. Lumuri bagian tubuh yang terkena
rematik dengan bubur daun jarak dua kali sehari.
Masalah gatal di bagian kaki dapat juga diatasi dengan daun jarak pagar
tapi perlakuannya sedikit berbeda. Sebelum ditempelkan pada bagian kaki
yang gatal, daun jarak dilayukan terlebih dahulu di atas api kecil dan
dilumatkan hingga hancur. Selanjutnya, balurkan lumatan daun jarak pagar
itu pada bagian kaki yang gatal.
Tanaman jarak pagar mengandung senyawa yang daya racunnya cukup tinggi.
Pada bagian biji, terkandung senyawa kursin dan toksalbumin, sedangkan
di bagian daun ditemukan senyawa kaemfesterol, sitosterol, stigmasterol,
amirin, dan tarakserol.
Dalam waktu singkat, gejala keracunan jarak pagar akan mulai terlihat
pada orang yang mengonsumsinya. Tandanya, rasa mual, muntah, diare,
sesak napas, pusing, dan berkeringat dingin.
Meskipun sudah diambil minyak, ampas biji jarak tidak bisa dipakai
langsung untuk pakan ternak karena masih mengandung racun. Sebaliknya,
ampas biji jarak akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk membasmi
nematoda tanah karena masih mengandung sifat-sifat pestisida (racun
hama).
Ampas biji jarak juga mengandung unsur nitrogen, fosfat, dan kalium yang cukup baik digunakan sebagai pupuk organik.
Pemanfaatan jarak pagar dengan dimakan sebaiknya dilakukan secara
hati-hati. Untuk mengatasi sembelit, daun jarak pagar dapat berfungsi
sebagai pencahar ringan.
Caranya, kukus empat helai daun jarak pagar dan konsumsi rebusan daun
jarak selama tujuh hari berturut-turut atau hingga sembelit berkurang.
Namun, bagi penderita gangguan empedu, sebaiknya tidak menerapkan cara
ini karena malah dapat menyebabkan mual dan sakit di bagian perut
(mulas).
Bila sampai terjadi keracunan jarak pagar, pertolongan pertama yang bisa
dilakukan adalah merangsang penderita segera memuntahkan isi lambung.
Selain itu, masyarakat yang telah berpengalaman menghadapi situasi ini
biasanya meminumkan air masak bercampur garam sebanyak-banyaknya pada
penderita untuk menetralkan racun di lambung. Beberapa bahan alami juga
dapat dimanfaatkan sebagai penawar racun jarak pagar, seperti madu, gula
aren, air asam, dan kelapa muda.
24. Temu Putih
Bumi kita Indonesia ini sangat kaya akan berbagai tanaman, termasuk
di dalamnya tanaman rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai
bumbu-bumbu dalam memasak makanan. Rempah-rempah di samping sebagai
bumbu masak ternyata terdapat berbagai jenis rempah-rempah yang
mempunyai khasiat untuk penyembuhan penyakit secara tradisional.
Sudah banyak dilakukan penelitian di seluruh penjuru dunia terhadap
berbagai tanaman yang diduga memiliki khasiat obat, termasuk di dalamnya
beberapa jenis tanaman yang mampu mengatasi tumor dan kanker,
diantaranya adalah temu putih dan keladi tikus yang telah banyak
digunakan dalam ramuan antikanker oleh para terapis tradisional dan
terapis herbal.
Tanaman berkhasiat obat itu perlu dikembangkan, karena tanaman obat ini
tak mengandung efek samping yang berarti bagi tubuh. Di samping itu,
beberapa kalangan masyarakat telah banyak memiliki pengalaman dalam
menggunakannya secara turun-temurun. Yang perlu ditingkatkan adalah
upaya penelitian terhadap berbagai jenis tanaman obat ini.
Temu putih (Curcuma zedoaria) termasuk empon-empon yang berkhasiat obat.
Rimpangnya dimanfaatkan sebagai campuran obat. Khasiatnya
bermacam-macam, namun biasanya terkait dengan pencernaan. Lebih lengkap,
rimpangnya dipakai sebagai obat kudis, radang kulit, pencuci darah,
perut kembung, dan gangguan lain pada saluran pencernaan serta sebagai
obat pembersih dan penguat (tonik) sesudah nifas. Di samping itu temu
putih (juga temu mangga, kunyit, dan mahkota dewa) juga diyakini dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi tumor dan kanker.
Rimpang temu putih mengandung zat warna kuning kurkumin
(diarilheptanoid). Komponen minyak atsiri dari rimpangnya terdiri dari
turunan Guaian (kurkumol, kurkumenol, Isokurkumenol, Prokurkumenol,
Kurkurnadiol), turunan Germakran (Kurdion, Dehidrokurdion);
seskuiterpena furanoid dengan kerangka eudesman (Kurkolon). Kerangka
Germakran (Furanodienon, Isofuranodienon, Zederon, Furanodien,
Furanogermenon); kerangka Eleman (Kurserenon identik dengan edoaron,
Epikurserenon, Isofurano germakren); Asam-4-metoksi sinamat (bersifat
fungistatik). Dari hasil penelitian lain ditemukan kurkumanolid A,
kurleumanolid B, dan kurkumenon.
Pengobatan penyakit tumor dan kanker dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Umumnya terapi dilakukan dengan menggunakan teknologi modern dan
terapi kimia, yakni dengan obat-obatan berbahan dasar kimia.
Terapi yang paling sering dilakukan adalah kemoterapi, radioterapi, dan
kombinasi. Pada umumnya, terapi-terapi tersebut memiliki efek samping
yang membuat para penderita merasa tidak nyaman dan malah mengeluhkan
mual, rasa terbakar, saraf perasa tak berfungsi untuk sementara,
pencernaan terganggu, dan rambut rontok.
Banyak penelitian banyak melaporkan, pemicu tumor dan kanker berasal
dari pengaruh dalam maupun luar tubuh. Pengaruh dari dalam tubuh berupa
unsur genetika. Sedangkan pengaruh dari luar tubuh adalah lingkungan,
seperti makanan, udara, dan faktor tekanan lingkungan.
Karsinogenik atau zat karsinogen merupakan unsur yang dinilai banyak
pengaruhnya dalam menciptakan ketidaknormalan pertumbuhan sel dalam
tubuh. Unsur yang bersifat racun bagi tubuh ini terdapat pada makanan
dan lingkungan (seperti polusi udara).
Untuk pencegahan tumor dan kanker, cara yang paling penting adalah
menghindari unsur karsinogen ini. Cara lainnya adalah mengonsumsi
bahan-bahan yang terbukti menghambat atau mencegah pertumbuhan tumor
atau kanker. Bahan-bahan inilah yang disebut antitumor promoter.
Salah satu antitumor promoter adalah curcumin (rimpang kunyit dan
temu-temuan seperti temu putih). Curcumin yang digunakan sebagai bumbu
dan pewarna makanan itu memiliki zat aktif antioksidan, antiradang, dan
antitumor.
Curcumin menghambat sel promyelocitik leukemia HL-60 (dalam kanker
darah) dengan konsentrasi rendah sekitar 3,5 mikrogram/ml. Bahkan, daya
hambat curcumin itu semakin tinggi bila dosisnya ditingkatkan.
Pengujian potensi sitotoksik beberapa jenis tumbuhan telah dilakukan di
RSKD terhadap kanker serviks sel line. Tumbuhan itu antara lain Curcuma
zedoaria (temu putih), Curcuma domestica (kunyit), dan Curcuma mangga
(temu mangga), serta Phaleria macrocarpa Boerl. (mahkota dewa).
Dari penelitian tersebut, ternyata rimpang segar temu putih mempunyai
potensi kematian sel kanker di atas 50 persen. Kemampuan ini pada
konsentrasi 50, 100, 150, dan 200 mikrogram/ml. Sedangkan untuk sediaan
jadi temu putih (ZF kapsul) mempunyai potensi kematian sel kanker di
bawah 50 persen pada dosis yang sama. Sementara itu, daging buah segar
mahkota dewa memiliki potensi kematian sel kanker di atas 50 persen pada
konsentrasi 100, 150, dan 200 mikrogram/ml.
Beperapa orang telah membuktikan khasiat dari Curcuma Zedoaria sebagai
obat yang mujarab. Di samping dapat mengatasi berbagai penyakit di atas,
ternyata mengonsumsi Curcuma Zedoaria secara rutin dan teratur dapat
menyembuhkan penyakit ambeien. Cerita seorang ibu rumah tangga yang
telah menderita ambeien kronis (bengkak, keluar anus dan berdarah)
mengonsumsi Curcuma Zedoaria selama tiga bulan berturut-turut, siang dan
malam sesuai dengan anjuran orang yang menyuruhnya. Setelah
mengkonsumsi Curcuma Zedoaria selama sebulan, ambeien yang dideritanya
sudah tidak bengkak, dan tidak berdarah lagi. Pada bulan kedua ambeien
yang dideritanya sudah tidak kelihatan lagi. Dan pada bulan ketiga sudah
tidak ada lagi keluhan yang dirasakannya. Ambeiennya telah sirna.
Untuk memudahkan masyarakat dalam mengonsumsi Curcuma Zedoaria, sekarang
ini telah tersedia kemasan dalam kapsul yang dapat diperoleh dengan
mudah.
Sumber: http://kyaimbeling.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar