9. Pinang
Sinonim: A. hortensis, Lour.
Familia:
Arecaceae
Uraian:
Pinang
umumnya ditanam di pekarangan, di taman-taman atau dibudidayakan,
kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain, dapat
ditemukan dari 1-1.400 m dpl. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak,
tinggi 10-30 m, diameter 15-20 cm, tidak bercabang dengan bekas daun
yang lepas. Daun majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang
membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm,
tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1-1,8 m, anak daun mempunyai
panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi. Tongkol bunga
dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset
daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap.
Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun
dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm,
putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau,
bakal buah beruang satu. Buahnya buah buni, bulat telur sungsang
memanjang, panjang 3,5-7 cm, dinding buah berserabut, bila masak
warnanya merah oranye. Biji satu, bentuknya seperti kerucut pendek
dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal,
panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat
kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih
muda. Umbutnya dimakan sebagai lalab atau acar, sedang buahnya merupakan
salah satu ramuan untuk makan sirih, dan merupakan tanaman penghasil
zat samak. Pelepah daun yang bahasa Sundanya disebut upih, digunakan
untuk pembungkus makanan, bahan campuran untuk pembuatan topi, dsbnya.
Perbanyakan dengan biji.
Nama Lokal :
Jambe, penang, wohan (Jawa). pineng, pineung, pinang,; Batang mayang, b.
bongkah, b. pinang, pining, boni (Sumtra); Gahat, gehat, kahat, taan,
pinang (Kalimanantan). alosi; mamaan, nyangan, luhuto, luguto, poko
rapo, amongon.(Sul.); Bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm (Maluku).
bua, winu,;
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Cacingan, Perut kembung, Luka, Batuk berdahak, Diare, Kudis; Koreng,
terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria, difteri; Tidak nafsu
makan, Sembelit, Sakit pinggang, gigi dan gusi.
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Biji, daun, sabut.
KEGUNAAN:
Biji (Binglang):
- Cacingan: taeniasis, fasciolopsiasis.
- Perut kembung akibat gangguan pencernaan.
- Bengkak karena retensi cairan (edema).
- Rasa penuh di dada.
- Luka.
- Batuk berdahak.
- Diare.
- Terlambat haid, Keputihan.
- Beri-beri, edema. Malaria.
- Memperkecil pupil mata (miosis) pada glaucoma.
Daun:
- Tidak napsu makan.
- Sakit pinggang (lumbago).
Sabut:
- Gangguan pencernaan (dyspepsia).
- Sembelit.
- Edema dan beri-beri.
PEMAKAIAN:
Untuk minum: 5-10 g biji kering atau 5-10 g sabut, rebus.
Pemakaian luar : Biji secukupnya direbus, airnya untuk mencuci luka dan infeksi kulit lainnya.
CARA PEMAKAIAN:
1. Cacingan:
30 g serbuk biji pinang direbus dengan 2 gelas air, didihkan
perlahan-lahan seiama 1 jam. Setelah dingin disaring, minum
sekaligus sebelum makan pagi.
2. Luka:
Biji ditumbuk halus, untuk dipakai pada luka.
3. Kudis:
Biji pinang digiling halus, tambahkan sedikit air kapur sirih sampai
menjadi adonan seperti bubur. Dipakai untuk memoles bagian tubuh
yang kudis.
4. Koreng:
Pinang, gambir, kapur sirih masing-masing sebesar telur cecak,
tembakau sebesar ibu jari dan 1 lembar daun sirih segar.
Bahan-bahan tersebut dicampur ialu digiling halus. Lumurkan pada
koreng yang telah dibersihkan.
5. Disentri:
Buah pinang yang warnanya kuning muda dicuci lalu direndam dalam
1 gelas air selama beberapa jam. Minum air rendaman pinang.
6. Membersihkan dan memperkuat gigi dan gusi:
Biji pinang diiris tipis-tipis. Kunyah setiap hari selama beberapa
menit, lalu ampasnya dibuang.
7. Sakit pinggang:
Daun secukupnya dicuci bersih, lalu digiling halus. Tambahkan
minyak kelapa secukupnya, panaskan sebentar di atas api. Hangat-
hangat dipakai untuk mengompres bagian pinggang yang sakit.
8. Difteri:
1 butir biji pinang kering digiling halus, seduh dengan 3/4 cangkir
air panas dan 1 sendok makan madu. Setelah dingin dipakai untuk
kumur-kumur di tenggorokan selama 2-3 menit, lalu dibuang.
Lakukan 3 kali sehari.
Efek samping:
Senyawa alkaloid yang dikandung pada buah cukup berbahaya untuk sistem
syarat. Yang umum terjadi adalah mual dan muntah (20-30%), sakit perut,
pening dan nervous. Untuk mengurangi kejadian muntah, minumlah rebusan
obat setelah dingin. Efek samping yang jarang terjadi adalah luka pada
lambung yang disertai muntah darah.
Tanda-tanda kelebihan dosis: Banyak keluar air liur (qalivation), muntah, mengantuk dan seizure.
Pengobalan: Cuci lambung dengan larutan potassium permanganate dan
injeksi atropine. Untuk mengurangi efek racunnya, pemakaian biji pinang
sebaiknya yang telah dikeringkan, atau lebih baik lagi bila biji pinang
kering direbus dahulu sebelum diminum. Kebiasaan mengunyah biji pinang,
dapat meningkatkan kejadian kanker-mukosa pipi (buccal cancer).
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Biji: Pahit, pedas, hangat. Obat
cacing (anthelmintic), peluruh kentut (antiflatulent), peluruh haid,
peluruh kencing (diuretik), peluruh dahak, memperbaiki pencernaan,
pengelat (astringen), pencahar (laksan). Daun: Penambah napsu makan.
Sabut: Hangat, pahit. Melancarkan sirkulasi tenaga, peluruh kencing,
pencahar. KANDUNGAN KIMIA: Biji mengandung 0,3-0,6% alkaloid, seperti
Arekolin (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan
isoguvasine. Selain itu juga mengandung red tanin 15%, lemak 14%
(palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, myristic acid),
kanji dan resin. Biji segar mengandung kira-kira 50% lebih banyak
alkaloid, dibandingkan biji yang telah diproses. Arekolin: Obat cacing
dan berkhasiat sebagai penenang.
Berikut ini beberapa khasiat Cabe jawa (Piper retrofactum) dan cara membuat ramuannya.
1. Meningkatkan Gairah SeksualSediakan 30 gram cabe jawa
yang sudah dibuat bubuk, 3 papan buah petai cina kering yang
ditepungkan, 2 butir kuning telur, dan 1 sdm madu, Cara membuatnya, aduk
kuning telur, masukan bubuk cabe jawa dan tepung petai cina, lalu
tambahkan madu sambil diaduk sampai rata, minum ramuan ini setiap hari
untuk membangkitkan gairah dan selera seksual.
2. Mengatasi Lemah Syahwat
Siapkan 25 gram cabe jawa bubuk, 15 gram pulosari bubuk, 1 siung bawang
putih, 2 butir kuning telur, dan 1 sdm madu. Caranya, cabe jawa,
pulosari, dan bawang putih ditumbuk lagi sampai halus sambil diaduk.
Selanjutnya tambahkan kuning telur dan madu, aduk lagi hingga rata.
Minum setiap hari secara teratur selama sebulan.
3. Mengobati Sakit Liver
Ramuan dibawah ini digunakan untuk mengobati penderita liver yang buang
airnya tidak teratur dan tinja berwarna hijau tua. bahan yang digunakan 3
butir cabe jawa, 1 jari tangan rimpang lempuyang, dan air secukupnya.
cara membuatnya, cabe jawa dan lempuyang dicampur, lalu ditumbuk sampai
halus. Tambahkan segelas air, lalu peras dan saring. Sekali minum
sebanyak 100 ml. Bila buang air besar sudah lancar, konsumsi ramuan
tersebut bisa dihentikan.
4. Menghilangkan Pegal dan Kembung
Ambil 2 butir cabe jawa dan 1 rimpang lempuyang. Cuci sampai bersih,
Lalu tumbuk sampai halus. Oleskan atau tempelkan tumbukan bahan tersebut
dibagian tubuh yang pegal atau dibagian perut.
5. Mengusir Lelah dengan Jamu Cabe Puyang
Cabe puyang sudah kesohor sejak dulu. Hampir setiap penjual jamu Gendong
menyediakan jamu ini. Rasanya manis, sedikit pedas, dan yang pasti
segar. Jamu ini berkhasiat untuk menyembuhkan pegal dan linu pada
pinggang, atau mengusir lelah.Bila anda ingin membuatnya sendiri,
sediakan satu genggam cabe jawa kering, 100 gram lempuyang, 50 gram
kencur, 2 ibu jari kunir, 150 gram beras, 75 gram asam kawak, 0,5 kg
gula merah, 2 liter air, dan garam secukupnya. Langkah pertama, gula
jawa asam kawak, dan air direbus sampai mendidih, diangkat lalu
ditambahkan garam sambil diaduk rata. setelah dingin, air disaring.
langkah kedua, lempuyang, kunir, dan kencur dikupas, dicuci bersih, dan
diiris tipis, lalu diblender bersama cabe jawa, beras dan sedikit air
matang. Setelah halus, diperas dan disaring dengan kain penyaring yang
bersih. hasil saringan tersebut selanjutnya dicampurkan kedalam larutan
gula merah dan asam kawak yang sudah dibuat. Jamu siap diminum.
10. Kepel
Kepel atau burahol termasuk tanaman langka di Indonesia. Tumbuhan ini
biasa dijumpai di keraton-keraton yang ada di Pulau Jawa. Pohon ini
mempunyai arti filosofis tersendiri bagi keraton di samping buahnya
berguna untuk memelihara kecantikan puteri-puterinya. Daunnya berkhasiat
menurunkan kolesterol.
Reputasi kepel sebagai tanaman keraton membuat rakyat jelata di Pulau
Jawa jaman dulu enggan menanamnya. Pada jaman penjajahan orang percaya
bahwa hanya orang yang kuat lahir batin yang mampu meniru gaya hidup
keluarga keraton. Orang yang tidak kuat akan kualat. Kepercayaan waktu
itu adalah hanya pejabat setingkat adipati yang pantas dan kuat lahir
batin meniru perilaku keluarga kerajaan.
Daging buah kepel hanya sedikit. Rasa buahnya segar dan manis.
Sayang, sebagian besar isi buah dipenuhi oleh biji sehingga tidak ada
orang yang tertarik untuk membudidayakannya. Oleh karenanya, lambat laun
pohon kepel menjadi langka seperti sekarang ini. Rasa taku kualat
rakyat jelata juga menyebabkan pohon kepel menjadi pohon yang langka
sekarang.
Selain bisa ditemui di keraton-keraton yang ada di Pulau Jawa, pohon
kepel masih bisa ditemui di Taman Buah Mekarsari, TMII, Taman Sringanis
Bogor, Taman Kyai Langgeng Magelang, Kebun Raya Bogor dan beberapa kebun
tanaman langka.
Masyarakat Jawa Barat jaman dulu menilai tanaman ini tidak berharga
karena hanya sedikit daging buah yang bisa dinikmati. Mereka menamai
buah kepel ini burahol yang kemudian dicomot menjadi nama latin tumbuhan
ini Stelechocarpus burahol.
Pengharum Badan
Rasa daging buah kepel manis dan harum. Buah ini adalah deodoran alami
para puteri Keraton Mataram di jaman dahulu. Keringat puteri-puteri
keraton yang makan buahnya akan berbau harum setelah makan buah ini. Air
seninya juga akan berbau harum. Napas pun akan harum. Kebiasaan
puteri-puteri Mataram ini kemudian ditiru oleh keraton-keraton lain yang
ada di Pulau Jawa.
Khasiat lain buah kepel adalah sifat diuretiknya yang mampu
memperlancar air seni. Oleh sebab itu kepel dipercaya mampu membersihkan
ginjal. Sekali lagi sayang, belum ada penelitian ilmiah yang
menerangkan zat-zat apa yang menyebabkan sifat diuretik pada kepel.
Kabarnya, dengan sifat diuretiknya buah kepel bisa juga digunakan
sebagai alat pencegah kehamilan tradisional.
Kandungan vitamin C dalam buah kepel sangat tinggi. “Wanita hamil
yang makan buah kepel dipercaya akan melahirkan bayi yang cantik. Kulit
bayi akan terlihat bersih,” ujar Endah Lasmadiwati, pengelola Kebun Obat
Taman Sringanis di Bogor.
Khasiat vitamin C dosis tinggi ini, tutur Endah, membuat kulit
menjadi bersih. Dari dalam tubuh kandungan buah kepel ini membersihkan
darah, menguatkan liver, paru-paru dan ginjal. “Peredaran darah menjadi
lebih lancar karena darah yang beku menjadi cair,” tambahnya.
Atasi Asam Urat
Daun kepel bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat. Lalap daun
kepel mampu menurunkan kadar kolesterol. “Pilih daun yang masih muda,”
kata isteri akupunturis Putu Oka Sukanta ini. Orang yang tidak menyukai
lalap dapat minum rebusan daun kepel untuk menurunkan kadar kolesterol.
Rebusan ini dibuat dari 7 lembar daun kepel dan 3 gelas air. Air dan
daun kepel ini kemudian direbus sampai tersisa satu setengah gelas. Air
rebusan daun kepel ini diminum dua kali sehari, masing-masing sebanyak
tiga perempat gelas.
Melihat banyak manfaatnya, mudah-mudahan pohon kepel tidak
benar-benar punah. Kepunahan pohon kepel bisa dicegah kalau ada usaha
untuk menanam di pekarangan sendiri. Harapan bisa ditempatkan pada
teknologi pertanian moderen agar mampu mengembangbiakkan kepel dengan
teknik ovulasi.
Sumber: http://kyaimbeling.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar