Rabu, 12 Januari 2011
Sistem Pendidikan Buruk Picu Korupsi
Pengamat pendidikan IAIN Ar Raniry Darussalam Banda Aceh Fuad Mardhatillah menilai, merajalelanya korupsi di Indonesia selama ini tidak terlepas dari buruknya sistem pendidikan formal dari SD hingga SMA/sederajat.
“Pendidikan kita bagai penjara bagi anak. Membudayanya korupsi saat ini tidak lepas dari sistem pendidikan yang tidak terarah,” katanya, di Banda Aceh, Selasa (21/12).
Menurutnya, pendidikan formal diterapkan dihampir semua sekolah selama ini sama sekali tidak membentuk karakter siswa, sebagaimana tujuan pendidikan sesungguhnya.
Sistem pendidikan dianut selama ini hanya mendorong siswa mengejar nilai, sehingga timbullah bermacam praktek kecurangan yang “membudaya” sejak di bangku sekolah.
“Maka tidak heran sekarang kalau kejujuran sudah menjadi barang langka, karena pendidikan kita tidak mendidik anak untuk berlaku jujur,” kata dosen ilmu filsafat IAIN Ar Raniry itu.
Sistem dianut sekolah formal saat ini juga tidak memberi ruang kritis, demokrasi serta kreativitas bagi anak didik, sehingga jika ada siswa yang berseberang pendapat dengan guru langsung disalahkan.
Menurut Fuad tidak terbentuknya karakter siswa selama menempuh pendidikan di sekolah berpengaruh kepada kehidupannya, sehingga mereka sering salah arah akibat labilnya moral.
Oleh karena itu, sekolah formal dinilai perlu mereformasi sistemnya pendidikannya, agar sesuai dengan titah sesungguhnya yakni membentuk karakter dan moral anak bangsa.
Sementara itu, sosiolog dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh Saifuddin Bantasyam, SH, MA, menyatakan, untuk memberantas korupsi di Indonesia, selain dibutuhkan reformasi birokrasi juga perlu mereformasi kultur masyarakat agar anti-korupsi.
“Ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk melihat suksesnya hukum, satu Undang-Undang, dua sistem pemerintahan, tiga kultur masyarakat. Jadi sistem pemerintahan harus direformasi, begitu juga dengan kultur masyarakat harus diubah,” katanya.
Kultur masyarakat sekarang yang ingin semua masalah jadi instan, kerap menempuh jalan pintas bahkan dengan korupsi, seperti menyogok dan memberi suap untuk memuluskan setiap masalah.
Sumber: dukotimur.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar