dengan tanah dan meterial Gunung Merapi.
Wisata lahar (lava tour) Gunung Merapi saat ini menjadi wisata paling diminati di Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat wisata itu dibuka hingga saat ini ribuan wisatawan memadati wialayah yang dilanda awan panas dan lahar dingin saat erupsi Merapi 26 Oktober - 5 November 2010. Retrebusi untuk masuk ke desa-desa lereng Merapi mencapai Rp 40 juta per hari di hari libur dan Rp 7 juta di hari biasa.
“Kalau hari libur mencapai 9.000 orang, tetapi kalau hari biasa ya hanya mencapai 1.000 orang,” kata Heri Suprapto, Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Minggu (2/1).
Wilayah lereng Merapi yang menjadi objek wisata lahar antara lain dusun Kinahrejo, Ngrangkah, Pangukrejo (masuk desa Umbulharjo), Dusun Kopeng, Jambu, Kaliadem, petung (desa Kepuharjo) dan dusun-dusun di pinggir Kali Gendol, Kalikuning dan Kali Opak.
Setiap wisatawan yang masuk ke lokasi wisata lahar dipungut sebesar Rp 5.000 per orang dan jasa parkir Rp 2.000 per untuk kendaraan roda dua.
Pembagian hasil retrebusi 20 persen untuk tiap kepala keluarga, 50 persen untuk Karang Taruna dan 5 persen untuk komunitas, 3 persen untuk desa serta 10 persen untuk dana sosial masyarakat.
Para pengelola biro wisata juga telah merekomendasikan wisata lahar tersebut. Sebab, status gunung Merapi telah diturnkan lagi dari siaga menjadi waspada. Meski begitu, belum direkomendasikan untuk pendakian. Ancaman lahar dingin jika hujan lebat masih terjadi. Sebab material gunung akan terbawa oleh derasnya air yang mengaliri sungai-sungai berhulu di Merapi.
“Kami sebagai pengelola hotel juga merekomendasikan wisata lahar Merapi, tetapi kami juga memperhitungkan cuaca, sehingga wisatawan nyaman dan aman saat datang ke lokasi bencana Merapi itu,” kata Heri, Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta.
Heri menambahkan, upaya pemulihan ekonomi warga pascaerupsi bisa diperoleh dari hasil mengelola pasir yang berlimpah di kawasan Cangkringan.
Harapan warga disebutkan sudah pernah disampaikan secara terbuka dihadapan Rektor UGM, Sudjarwadi. Kepada Sudjarwadi, para wargamengungkapkan, warga bisa bangkit dan pulih lagi perekonomiannya jika diberikan kewenangan untuk kelola tambang pasir.
“Pengeloaan pasir Merapi jika diserahkan kepada warga, maka warga tidak perlu bantuan pemerintah pusat, sebab hasil dari pasir Merapi bisa untuk membangun rumah warga kami,” kata Heri.
Sumber: tempointeraktif.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar