Rasa empuk daging sate di warung ini tidak lain dipengaruhi oleh faktor daging yang dipilih. Yaitu, daging kambing lulur (bagian atas tubuh kambing), dan bagian khas dalam. “Kami tidak mengambil bagian daging sapi yang bawah, karena biasanya dagingnya keras,” jelas Robert Charles Waworuntu, pemilik warung sate dan gule kambing 29 Kusumawardhani.
Kualitas rasa memang tidak diragukan lagi. Mengingat resep yang digunakan merupakan resep warisan leluhur. Sebelum ada cabang di Jalan Kusumawardhani, warung sate dan gule kambing 29 ini sudah terkenal di depan Gereja Blenduk Kota Lama. “Warung sate dan gule kambing 29 di depan Gereja Blenduk didirikan mertua saya, Yap Tak Yoe pada tahun 1969,” katanya.
Usaha Yap Tak Yoe ini kemudian dikembangkan oleh anak-anaknya dengan membuka cabang di tempat lain. Vony Sunarto, istrinya membuka cabang di Jalan Kusumawardhani. Sedangkan anak ketiga, Heri Santosa, membuka warung sate dan kambing 29 di Jalan Teuku Umar. “Untuk membedakan sate dan gule kambing 29 di dua warung lain, kami juga menyediakan menu tongseng, dan bistik,” jelasnya.
Pelanggan warung sate dan gule kambing 29 Kusumawardhani sebagian besar berasal dari kalangan menengah atas. Untuk harganya cukup terjangkau. Satu porsi sate berisi 10 tusuk ditawarkan Rp 12.500.
Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar