Sejak tahun 80-an, warung soto satu ini cukup populer di Semarang.
Soto Neon yang berada di Jalan Brumbungan tepatnya di Taman Brumbungan
Semarang Tengah tersebut memiliki pelanggan loyal.
Warung tersebut didirikan oleh Sarkani atau lebih dikenal dengan Pak Ni yang kini sudah menginjak usia 72 tahun. Nama Neon, menurut Pak Ni diberikan oleh para pelanggannya. Dahulu sebelum mangkal di Taman Brumbungan, Pak Ni mendorong gerobak soto keliling wilayah Semarang. yakni di gabahan, Gandul, Plampitan, Johar, Ngabangan dan Beteng. Dulu di kawasan tersebut dijual jam 18.00 hingga tengah malam.
Untuk penerangan, Pak Ni memakai neon di depan gerobak. Sementara sumber listriknya menggunakan accu yang sudah dimodifikasi. Karena, satu-satunya soto gerobak yang menggunakan lampu neon, maka pelanggannya menyebut soto neon.
“Nama itu yang mengusulkan para pelanggan. Ketika pagi saya keliling di depan Loyola, Widosari, Karangwulan mulai pukul 07.00 sampai 11.00 siang,” ujar Pak Ni ditemani anak-anaknya.
Sebelum mangkal seperti sekarang, Pak Ni sempat istirahat beberapa bulan lamanya. Tahun 90-an kembali keliling mendorong gerobak. Dan tahun 1997 dianjurkan untuk mangkal di Brumbungan dekat dengan rumahnya. Kemudian mendirikan tenda sebagai tempat menetap di lapangan kosong.
Soto Neon sudah melegenda di kalangan warga Tionghoa yang bermukim di Semarang dan sekitarnya. Ada salah satu pelanggan yang kebetulan tinggal di Singapura memesan khusus soto neon untuk dikirim ke Singapura. Selain itu ada juga pelanggan datang dari Jogja, khusus hanya menyantap soto racikan Pak Ni.
“Pelanggan dari Jogja setiap mau ke sini selalu telepon dulu apakah buka atau tidak. Jadi mereka datang ke sini hanya mau makan. Selain itu ada juga pelanggan yang datang dari Jakarta, Jepara, Pemalang, Kendal, Bandung, dan Solo,” imbuh suami Ngatiyem ini bangga.
Selain itu banyak pula tokoh, pejabat, dan selebritis yang menyambangi warungnya seperti Bibit Waluyo, Menteri Purnomo Yusgiantoro, Roby Tumewu, Jupiter, Remy Silado, Victor Hutabarat, Atalariksyah, dan Asti Ananta.
Soto Pak Ni merupakan soto asli Semarang yang dipelopori almarhum Pawiro Sumito dari Sukoharjo yang dulu sempat memiliki 16 pikul soto pada tahun 50-an. Pak Ni yang asli Welahan Jepara ini sendiri mewarisi keahlian Pawiro dan meneruskannya hingga sekarang.
Keunikan soto Pak Ni pada onclangnya. Biasanya onclang dicampurkan ke dalam soto tidak langsung disajikan. Khusus Soto Neon, onclang disajikan dalam mangkok khusus, sehingga pelanggan tinggal mengambilnya dalam keadaan segar. Demikian pula seledrinya. Kuahnya sama dengan kuah di soto Semarang lainnya, agak keruh karena bumbu yang dicampurkan ke dalamnya.
Soto Neon buka dua kali, pagi pukul 06.00 – 14.30 dan malam hari pukul 16.30 hingga 23.00. Sehari warung ini menghabiskan minimal 11 ekor ayam. Untuk kebutuhan beras mencapai 16 kilogram pada hari biasa dan 25 kilogram hari libur. Disediakan pula aneka macam sate. Mulai dari sate ayam, kerang, usus, puyuh, hingga rempela ati. Atau bisa juga memilih tempe goreng, perkedel, sosis solo, lunpia, martabak, kroket, resoles, tahu rebung, dan berbagai macam kerupuk.
Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com
Warung tersebut didirikan oleh Sarkani atau lebih dikenal dengan Pak Ni yang kini sudah menginjak usia 72 tahun. Nama Neon, menurut Pak Ni diberikan oleh para pelanggannya. Dahulu sebelum mangkal di Taman Brumbungan, Pak Ni mendorong gerobak soto keliling wilayah Semarang. yakni di gabahan, Gandul, Plampitan, Johar, Ngabangan dan Beteng. Dulu di kawasan tersebut dijual jam 18.00 hingga tengah malam.
Untuk penerangan, Pak Ni memakai neon di depan gerobak. Sementara sumber listriknya menggunakan accu yang sudah dimodifikasi. Karena, satu-satunya soto gerobak yang menggunakan lampu neon, maka pelanggannya menyebut soto neon.
“Nama itu yang mengusulkan para pelanggan. Ketika pagi saya keliling di depan Loyola, Widosari, Karangwulan mulai pukul 07.00 sampai 11.00 siang,” ujar Pak Ni ditemani anak-anaknya.
Sebelum mangkal seperti sekarang, Pak Ni sempat istirahat beberapa bulan lamanya. Tahun 90-an kembali keliling mendorong gerobak. Dan tahun 1997 dianjurkan untuk mangkal di Brumbungan dekat dengan rumahnya. Kemudian mendirikan tenda sebagai tempat menetap di lapangan kosong.
Soto Neon sudah melegenda di kalangan warga Tionghoa yang bermukim di Semarang dan sekitarnya. Ada salah satu pelanggan yang kebetulan tinggal di Singapura memesan khusus soto neon untuk dikirim ke Singapura. Selain itu ada juga pelanggan datang dari Jogja, khusus hanya menyantap soto racikan Pak Ni.
“Pelanggan dari Jogja setiap mau ke sini selalu telepon dulu apakah buka atau tidak. Jadi mereka datang ke sini hanya mau makan. Selain itu ada juga pelanggan yang datang dari Jakarta, Jepara, Pemalang, Kendal, Bandung, dan Solo,” imbuh suami Ngatiyem ini bangga.
Selain itu banyak pula tokoh, pejabat, dan selebritis yang menyambangi warungnya seperti Bibit Waluyo, Menteri Purnomo Yusgiantoro, Roby Tumewu, Jupiter, Remy Silado, Victor Hutabarat, Atalariksyah, dan Asti Ananta.
Soto Pak Ni merupakan soto asli Semarang yang dipelopori almarhum Pawiro Sumito dari Sukoharjo yang dulu sempat memiliki 16 pikul soto pada tahun 50-an. Pak Ni yang asli Welahan Jepara ini sendiri mewarisi keahlian Pawiro dan meneruskannya hingga sekarang.
Keunikan soto Pak Ni pada onclangnya. Biasanya onclang dicampurkan ke dalam soto tidak langsung disajikan. Khusus Soto Neon, onclang disajikan dalam mangkok khusus, sehingga pelanggan tinggal mengambilnya dalam keadaan segar. Demikian pula seledrinya. Kuahnya sama dengan kuah di soto Semarang lainnya, agak keruh karena bumbu yang dicampurkan ke dalamnya.
Soto Neon buka dua kali, pagi pukul 06.00 – 14.30 dan malam hari pukul 16.30 hingga 23.00. Sehari warung ini menghabiskan minimal 11 ekor ayam. Untuk kebutuhan beras mencapai 16 kilogram pada hari biasa dan 25 kilogram hari libur. Disediakan pula aneka macam sate. Mulai dari sate ayam, kerang, usus, puyuh, hingga rempela ati. Atau bisa juga memilih tempe goreng, perkedel, sosis solo, lunpia, martabak, kroket, resoles, tahu rebung, dan berbagai macam kerupuk.
Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar