Anda penggemar sate? Jangan lewatkan sate sapi yang satu ini. Barangkali daging yang empuk biasa ditemui di warung lain. Tapi di warung sate bumbon Pak Sarmidi Jalan Simongan Raya 119 Semarang (depan Kelenteng Gedung Batu) ini punya keistimewaan tersendiri.
Selain dagingnya empuk, bumbu meresap, sajian sate dilengkapi sayur lodeh nangka muda dan tauge serta irisan bawang merah, cabe, juga sambal kacang. Begitu digigit, rasanya mak nyus, bumbu terasa mantap. Ini yang membedakan dengan warung-warung sate lainnya.
Dinamakan bumbon karena bumbunya lengkap dan meresap. “Setelah dibakar langsung dimakan sudah enak meskipun tidak pakai bumbu kacang atau kecap,”ujar Junaedi, 44 yang akrab disapa Pak Jun. Junaedi adalah anak dari Sarmadi yang dulu juga penjual sate. Sarmadi sendiri meneruskan usaha orang tuanya. Dengan kata lain, sate bumbon turun-temurun alias warisan keluarga.
Daging dipilih dari bagian has dalam sehingga empuk. Sementara pengolahannya juga khas. Menurut Pak Jun, daging sapi dipotong-potong lalu diuleni dengan bumbu, setelah itu direndam gula aren selama 2 jam agar rasanya sedap. “Ada 17 jenis rempah bumbu yang kami gunakan,”kata mantan supir bis Semarang-Sukorejo itu.
Pelanggan boleh memesan nasi atau lontong tergantung selera. Satu porsi sate 10 tusuk, nasi atau lontong ditambah es teh, harganya Rp 20 ribu. Pelanggan akan mendapatkan menu tambahan tauge dan sayur lodeh nangka muda. Ini yang menjadi khas sate bumbon ala Pak Jun. Bila pelanggan ingin membawa pulang, bisa memilih sambal kacang kering atau sudah dicampur air. Sambal kacang rasanya sedap, sering dibawa untuk oleh-oleh ke Batam. Bahkan pelanggan setia Pak Jun memesan khusus untuk dibawa naik haji. “Selama 40 hari masih tahan dan enak,”katanya menceritakan keunikan racikan sambal kacangnya.
Menurut cerita Pak Jun, warung satenya dibuka sejak setahun lalu, tepatnya bulan Juni. Semula ia makelar mobil dan juga pengemudi bis Semarang-Sukorejo. Kemudian ada kawannya yang menawari tempat berjualan di Semarang. Karena di Kendal persaingan semakin ketat, Pak Jun pun memutuskan pindah ke Semarang sampai sekarang. Pelanggan sate bumbon cukup banyak, dari kalangan mahasiswa, pegawai kantor dan masyarakat umum lainnya. Tampaknya menu istimewa sate plus sayur lodeh dan tauge menjadi pemikat pelanggan.
Pak Jun berharap dirinya menang dalam lomba Kuliner Khas Semarang yang diadakan Dji Sam Soe kerjasama dengan Jawa Pos Grup (Radar Semarang, Meteor). “Wah senang sekali kalau bisa juara,”harapnya.
Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar