Mendengar nama pocong, gundul pecingis, kuntilanak, gendruwo, kolor ijo saat tengah malam pasti bikin bulu kuduk berdiri. Namun, lain halnya jika kita mendengar nama – nama tersebut di pinggir Jalan Tlogosari Raya III persisnya di jembatan ketiga, pasti akan berbeda.
Manis dan segar pasti akan terasa, karena Kiswanto yang membuat
nama-nama hantu itu menjadi nama minuman menyegarkan. Meski baru 2,5
tahun mendirikan es pocong, usahanya cepat dikenal oleh masyarakat Kota
Semarang. Bahkan dirinya sudah membuka cabang di Graha Mukti dan
ancang-ancang membuka cabang baru di daerah IKIP PGRI Semarang atau
Undip Pleburan.
“Wah kalau di sini (Tlogosari) sudah ramai dipastikan banyak motor yang berjejer disepanjang jalan,” ungkap dia yang menyatakan siap untuk mengikuti ajang lomba Kuliner Khas Semarang yang dipersembahkan Dji Sam Soe bekerjasama dengan Jawa Pos Group (Radar Semarang dan Meteor). Kiswanto sendiri mengawali usaha es pocong gundul pecingis, selepas merantau di Bogor.
Dari kota itulah dirinya bekerja di jenis usaha yang sama, yakni es pocong selamadelapan bulan. Saat dirasa ilmu dan resep sudah cukup dikuasai, ia memberanikan diri membuka usaha yang sama di kota ini. Lambat laun, cita rasa es pocong diterima masyarakat dan semakin hari, jumlah pelanggan semakin bertambah.
Sadar warung esnya semakin ramai, ia lantas menciptakan menu-menu baru. Di antaranya es kuntilanak (kolang-kaling, jeli, cendol, dan kelapa muda), gendrouwo (cao, ketan hitam, cendol), tersanjung (strawberi, nanas, jelly) nyuss…manis (cao, kolang-kaling, cendol, jeli, kelapa muda), kolor ijo (melon, selasih, kelapa muda, rumput laut).
Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com
“Wah kalau di sini (Tlogosari) sudah ramai dipastikan banyak motor yang berjejer disepanjang jalan,” ungkap dia yang menyatakan siap untuk mengikuti ajang lomba Kuliner Khas Semarang yang dipersembahkan Dji Sam Soe bekerjasama dengan Jawa Pos Group (Radar Semarang dan Meteor). Kiswanto sendiri mengawali usaha es pocong gundul pecingis, selepas merantau di Bogor.
Dari kota itulah dirinya bekerja di jenis usaha yang sama, yakni es pocong selamadelapan bulan. Saat dirasa ilmu dan resep sudah cukup dikuasai, ia memberanikan diri membuka usaha yang sama di kota ini. Lambat laun, cita rasa es pocong diterima masyarakat dan semakin hari, jumlah pelanggan semakin bertambah.
Sadar warung esnya semakin ramai, ia lantas menciptakan menu-menu baru. Di antaranya es kuntilanak (kolang-kaling, jeli, cendol, dan kelapa muda), gendrouwo (cao, ketan hitam, cendol), tersanjung (strawberi, nanas, jelly) nyuss…manis (cao, kolang-kaling, cendol, jeli, kelapa muda), kolor ijo (melon, selasih, kelapa muda, rumput laut).
Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar