Bagi pecinta ayam goreng mungkin bisa datang ke warung ini. Warung “Yaisy” yang berada di pinggir Jalan Raya Puri Anjasmoro Semarang, tepatnya 100 meter setelah gerbang masuk. Warung kuliner ini dikelola oleh Andre Suhendro, 37, warga Kanfer Utara Dalam III Banyumanik Semarang. Andre sendiri mulai mengelola warungnya sejak 1996, atau sudah 13 tahun, sejak dirinya masih lajang, hingga kini memiliki istri dan seorang anak.
Andre mengaku keahliannya memasak ayam goreng diperolehnya secara
tidak langsung dari pamannya di Kampung Tiber, daerah Mataram Semarang.
Kebetulan kampung tempat kelahirannya itu merupakan kampung penjual
ayam goreng khas Semarang. Di kampung ini, setidaknya ada 10 penjual
ayam goreng.
Salah satunya, pamannya sendiri, Supar, yang namanya cukup beken sebagai penjual ayam goreng di Jalan Moch Suyudi.
“Saya belajar memasak ayam goreng ya dari om saya, Pak Supar, itu. Di sana saya bantu-bantu selama satu bulan, lalu memberanikan diri membuka warung sendiri,” cerita suami Diah Sulistyorini, 37 ini.
Dalam sehari, Andre dapat menghabiskan sekitar 16 hingga 20 kg ayam yang dibelinya di Pasar Kobong. Bahkan, saat akhir pekan dan hari libur, dirinya bisa menghabiskan 20 hingga 25 kg ayam pejantan segar. Warung ayam goreng ini buka pukul 09.30- 15.00. Harganya sangat terjangkau. Untuk ayam goreng Rp 7 ribu, sedangkan rempela ati, dan kepala hanya Rp 1000.
Lalu apa istimewanya dari ayah goreng Yaisy ini? Menurut ayah dari Desmonda Kalonica, 8 ini, ayam goreng produknya dikenal gurih. Itu berkat bumbu khusus hasil racikannya. “Saya mengkombinasikan bumbu dari paman dan saya sendiri,” akunya.
Ayam goreng bikinan Andre semakin nikmat dengan tambahan sambal terasi matang dan timun sebagai penyegarnya. Sajian sambalnya yang juga khas ini, semakin menambah rasa ayam goreng Yaisy terasa mak nyuss.
Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com
Salah satunya, pamannya sendiri, Supar, yang namanya cukup beken sebagai penjual ayam goreng di Jalan Moch Suyudi.
“Saya belajar memasak ayam goreng ya dari om saya, Pak Supar, itu. Di sana saya bantu-bantu selama satu bulan, lalu memberanikan diri membuka warung sendiri,” cerita suami Diah Sulistyorini, 37 ini.
Dalam sehari, Andre dapat menghabiskan sekitar 16 hingga 20 kg ayam yang dibelinya di Pasar Kobong. Bahkan, saat akhir pekan dan hari libur, dirinya bisa menghabiskan 20 hingga 25 kg ayam pejantan segar. Warung ayam goreng ini buka pukul 09.30- 15.00. Harganya sangat terjangkau. Untuk ayam goreng Rp 7 ribu, sedangkan rempela ati, dan kepala hanya Rp 1000.
Lalu apa istimewanya dari ayah goreng Yaisy ini? Menurut ayah dari Desmonda Kalonica, 8 ini, ayam goreng produknya dikenal gurih. Itu berkat bumbu khusus hasil racikannya. “Saya mengkombinasikan bumbu dari paman dan saya sendiri,” akunya.
Ayam goreng bikinan Andre semakin nikmat dengan tambahan sambal terasi matang dan timun sebagai penyegarnya. Sajian sambalnya yang juga khas ini, semakin menambah rasa ayam goreng Yaisy terasa mak nyuss.
Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar