CITA rasa mie kopyok yang terasa gurih dan manis sudah sangat akrab di lidah warga Kota Semarang. Apalagi ditambah taburan irisan tahu goreng, tauge, kerupuk karak, lontong, dan kuah bawang putih. Sensasi menu berkuah ini pun sangat kental terasa.
Salah satu warung mie kopyok yang sudah cukup dikenal di Kota Atlas adalah “Mie Kopyok Pak Dhuwur” di Jalan Tanjung, tepatnya di sebelah kantor PLN Jalan Pemuda. Bahkan, warung mie kopyok ini sudah menjadi langganan para pejabat dan artis ibu kota.
“Artis ibu kota yang menjadi langganan saya di antaranya Mas Tora Sudiro dan Mbak Indy Barends. Kalau pejabatnya, Kepala Dinas Perhubungan Pak Andi Agus Wandono,” kata Harso, 63, pemilik Mie Kopyok Pak Dhuwur.
Harso menceritakan, dirinya membuka usaha mie kopyok awalnya ikut Pak Joyo, tetangganya di desa. Dia ikut membantu Pak Joyo lantaran usaha es lilinnya kurang berkembang, apalagi jika musim penghujan. “Pada tahun 1960, saya jualan es lilin, kemudian tahun 1963 beralih profesi menjadi penjual mie kopyok keliling,” ceritanya.
Biasanya ia jualan keliling di kawasan Ngilir (Boom Lama, red), Semarang Utara. Namun tak lama, ia menemukan tempat untuk berjualan di Jalan Tanjung. Meski telah menemukan tempat untuk mangkal, dirinya kerap diusir petugas. Beruntung, pimpinan PLN Pemuda kala itu menawari dirinya tempat berjualan di areal kantor PLN.
“Saya sempat 4 tahun berjualan di PLN Pemuda. Namun karena berganti pimpinan, saya diminta keluar, dan mangkal lagi di Jalan Tanjung hingga sekarang,” kenang pria asli Solo ini.
Mie kopyok racikan Harso memang spesial. Berbeda dengan mie kopyok pada umumnya. Porsinya tidak terlalu banyak, namun di perut cukup mengenyangkan.
“Kami memang sengaja membuat porsi tidak terlalu banyak lontong dan memperbanyak mie dan tauge. Ini agar tidak terlalu neg. Pokoknya satu porsi cukup kenyang,” tandasnya sembari mengatakan seporsi mie kopyok cukup Rp 6 ribu saja.
Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar