Keberadaan warung sate kambing, ayam, atau sapi sangat mudah dijumpai hingga di pelosok Kota Semarang. Namun, warung sate yang di sudut Jalan Veteran no 2 Semarang ini terasa lain. Pasalnya, si pemilik warung yang bernama Kasidin, 64, menawarkan menu yang beda. Yakni daging kuda yang selama ini lebih dikenal sebagai hewan transportasi atau pengangkut beban.
Mungkin menu sate kuda ini memang belum begitu akrab lidah masyarakat. Meski begitu, warung milik pria yang akrab disapa Pak Din ini sudah memiliki pelanggan tersendiri. Rata-rata para pelanggan mempunyai alasan tersendiri mengapa memilih mengonsumsi daging kuda.
Ada yang percaya bahwa daging kuda mampu menambah stamina serta gairah seksual. “Tapi ada juga yang percaya daging kuda bisa mengobati penyakit,” tutur Pak Din kepada koran ini.
Warung ini tidak terlalu luas, berukuran sekitar 2×9 meter. Dibantu dengan 2 orang pekerja, Pak Din selalu menyapa ramah setiap pengunjung yang datang. Yang istimewa dari masakan Pak Din adalah daging kuda yang empuk dan tidak liat. Padahal, sebagai hewan pekerja, biasanya daging kuda alot ketika dimasak. Rupanya Pak Din memiliki resep khusus sehingga daging kuda tersebut tidak liat. Ketika memasak, ia mencampurkan madu asli untuk mengempukkan daging. “Tapi harus madu asli, kalau tidak asli ya tidak bisa empuk,” jelasnya.
Menurut pengakuan para pelanggannya, seperti disampaikan Pak Din, daging kuda dipercaya bisa mengobati asma, kencing manis, serta asam urat. Sedangkan yang percaya bahwa daging kuda bisa menambah stamina, mengaku kondisi tubuhnya menjadi lebih segar. Tidak lagi malas bangun pagi dan ada juga yang mengaku gairah seksualnya bertambah seusai mengonsumsi daging kuda. Apalagi jika ia mengonsumsi ‘torpedo’ atau alat kelamin kuda jantan. Tak heran jika menu ’torpedo’ sering menjadi buruan bagi pria-pria yang ingin menambah stamina di ranjang.
“Ada beberapa orang yang langsung pulang jika torpedonya sudah habis,” jelasnya. Pak Din mendapatkan daging kuda dari sebuah tempat pemotongan kuda di Dusun Segoroyoso Pleret Bantul Jogjakarta.
Ada 8 menu olahan daging kuda yang ditawarkan. Yakni sate, tongseng, gongso, rica-rica, steak, bistik, nasi goreng kuda serta koyor. Harga per porsi rata-rata Rp 19.000, kecuali koyor yang dihargai Rp 7.000 dan nasi goreng dengan Rp 8.000. Setiap hari ia rata-rata bisa menjual 10 kilogram daging kuda. Warung yang berdiri sejak 11 Agustus 2005 ini buka setiap hari mulai pukul 11.00-23.00. Tapi khusus hari Jumat buka mulai jam 13.00.
Sumber: http://kulinerkhassemarang.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar